Rabu, 06 September 2017

KACAMATA TEMBUS PANDANG


“Pada saat tertentu kita perlu menutup mata kepala, mengoptimalkan indera bathin dan kekuatan pikiran untuk menemukan jalan yang sesungguhnya (Abdul Mubarok - Founder Omah Cendekia)”

Abdul Mubarok, Founder Omah Cendekia dan Sap7a Warna Plakat dan Trophy adalah teman saya semasa di Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) (sekarang IPM). Pertama kenal ketika PD IRM Kabupaten Pekalongan menjadi tuan rumah Musyawarah Wilayah Ikatan Remaja Muhammadiyah Jawa Tengah. Mas Barok begitu sapaan akrabnya menjadi sekretaris eksekutifnya mas Nasyith yang jadi Ketua Panitia Penyelenggaranya. Dia kelihatan lebih tua dari usianya, dengan rambut gondrong sebahu, kumis khas Alejandro Zorro. Ah hampir-hampir seperti Bang Iwan Fals waktu muda. Mas Barok ini gudangnya sulapan dan cerita lucu, di sela-sela istirahat kegiatan IRM selalu saja ada cerita lucu.

Alkisah di Negeri Antah barantah hiduplah seorang cewek yang malu punya pacar pelo, gak bisa bilang R. Sudah berkali-kali ia dibuat malu oleh kekasihnya yang tidak bisa bilang R. Maka untuk menghindari huruf R mereka mesti diskusi dulu ketika mau melakukan sesuatu. Urusan makan misalnya paling pesannya bakso, soto, mie ayam, teh manis, kopi susu, pokoknya yang tidak ada huruf Rnya.

Tapi lain dari biasanya, malam ini si cewek mau nasi goreng. Sang cowok mesti menghafal dulu, sambil jalan sembari berbisik nasi gorrrrreng, nasi gorrrreng, nasi gorrrreng. Sampai di tempat sang cowok pesan “nasi gorrrreng 2 Bang!”, si cewek tersenyum melihat perubahan sang cowok yang sudah mulai bisa bilang R. “Minumnya Mas?” Tanya Abang Nasgornya. “Es Jeyuk”. “Arrrrgghhhh!” si Cewek Histeris “Kita putus!”.

Kita memang tak pernah menduga apa yang akan terjadi nanti, meskipun kita telah berusaha mempersiapkannya sejak awal. Tidak ada manusia yang sempurna, pun tak ada manusia yang selalu salah. Pada saat tertentu kita perlu menutup mata kepala, mengoptimalkan indera bathin dan kekuatan pikiran untuk menemukan jalan yang sesungguhnya. Tak perlu kacamata tembus pandang yang bisa melihat jauh ke depan tanpa terhalang. Bisa jadi halangan yang ada di depan mata justru tidak terlihat, yang membuat kita tersandung, jatuh, dan terjatuh lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PAK CIK

“Semua gambar diawali dari sebuah titik” Pak Cik aku memanggilnya, bukan sebutan paman dalam Bahasa Melayu. Beliau adalah Pak Mucikno, Gur...