Senin, 07 September 2015

RUMAH IMAJI

Lembar baru dalam debut kepenulisan
Setelah sekian lama disibukkan oleh aktifitas
yang menguras tenaga dan pikiran

Ada saat pergi, ada pula saat kembali
Kembali ke rumah yang aku beri nama imaji

Imaji tak sekedar khayalan
Lebih dari itu
Harapan mungkin

Ya
Hidup ini penuh dengan kemungkinan
Dan kemungkinan-kemungkinan itu

Nyata dalam kehidupan

2009

LENTERA KECIL

Lentera kecilku, terimakasih kamu masih
Sudi menerangiku dan aku
Coba nyalakan pijarmu saat kau
Berselimut dingin ditiup angin

Lentera kecilku, terima kasih kamu masih
Menganggapku gelap tak sedikitpun kau terlelap
Menggantikan matahari yang selama ini sembunyi

Lentera kecilku, terimakasih kamu masih

2009

SEPI


Sepiku pada embun yang menetes
Pada sungai yang mengalir
Pada angin yang berbisik
Sepimu adalah aku

Sepiku pada lembayung senja
Pada gelap malam
Pada rembulan yang tersenyum

Sepiku bukan karena sendiri
Tapi karena sesuatu

Yang tak bisa aku sendirikan
2009

MATAHARIKU TELAH KEMBALI

HampIr tak percaya bahwa matahariku tlah kembali
Setahun sudah, aku lelah
Matahariku, kau datang tepat waktu
Kita jadikan momen ini sebagai reuni

Matahariku, tidakkah kau ingat tentangku
Hingga gambarku kau minta lagi
Tapi biarlah, toh aku suka kita berbincang lagi

Masihkah lembar cerita kita kau simpan
Sebagaimana aku menyimpan langitmu di kotak cokelat
Ya hanya itu yang ku ingat
Selebihnya
Mungkin puisimu yang kau jadikan kado special untukku

Masihkah potongan langitmu tersisa
Biar kusimpan sekalian di kotak cokelatku yang ku ikat erat
Dengan demikian kita menjadi lebih dekat


Matahariku

2008

SUDAHILAH

Aku tahu hatimu masih perih oleh pisau yang kamu sayatkan sendiri
Penghianatan telah dimulai ; bukan berarti hati harus mati

Aku tahu luka itu belum sepenuhnya kering
Bahkan basahnya mengalirkan bening yang sama seperti kemarin

Haruskah tertumpah?
Hanya untuk itu?
Tidakkah ada cara lain?

Tentangnya
Seperti telah sirna
Terbang
Bersama angin ke seberang

Sudahilah


September 2004

PAK CIK

“Semua gambar diawali dari sebuah titik” Pak Cik aku memanggilnya, bukan sebutan paman dalam Bahasa Melayu. Beliau adalah Pak Mucikno, Gur...