Selasa, 25 Januari 2011

ALVINURO

“ALVINURO”
seribu cahaya di serambi hati
mengetuk-ketuk :
ingin masuk

tapi hati,
kadung sepekat mangsi

biar celahnya saja
antar satu-satu cahaya
karena jendela telah buram sejak lama

biar celahnya saja
antar satu-satu cahaya
hingga dipenuhi ribuan cahaya



“MAGHFIROH”
Allah Maha Esa
Tak terbilang kuasaNya
Sementara manusia
Membatasi dengan bilangan
Ketika menyebut-Nya

Rahmat-Nya tak terhitung:
oleh pasir gurun
Ampunannya tak terhingga:
hingga nafas ditenggorokan

Minggu, 02 Januari 2011

UNIVERSITAS TERBUKA

UNIVERSITAS TERBUKA
“Universitas terbesar di Indonesia tanpa menampakkan kebesaran kampusnya”

Tidak berlebihan bila saya mengatakan demikian. Bukankah Universitas Terbuka memang tersebar di mana-mana? Tapi tidak ada kampusnya. Selama ini mahasiswa UT menggunakan fasilitas SMA,SMP atau bahkan SD sebagai tempat perkuliahan, sehingga tidak ada uang gedung atau sumbangan pengembangan institusi, di UT hanya registrasi saja, itupun dapat beberapa modul yang tebal.

Ada yang mengatakan UT adalah Universitas Tuyul karena tidak jelas kuliahnya tiba-tiba bergelar sarjana. Bagiku Universitas Terbuka terbesar di Indonesia, bahkan se-Asia Tenggara. Bapak dan ibu guru maupun calon guru yang kuliah di UT, berbanggalah karena di sini kita benar-benar belajar secara mandiri, semua sudah difasilitasi, tinggal bagaimana kita menggunakan fasilitas yang tersedia misal modul, kaset, maupun CD. Adapun tutor maupun dosen bagiku hanya sebatas fasilitator saja. Kita juga bias mengikuti tutorial lewat radio maupun televisi. Hemm… benar-benar lengkap.

Hanya saja, kenapa ya masih banyak mahasiswa yang mencari fasilitas lain pada saat ujian. Apakah sebagai seorang guru/calon guru masih kurang yakin terhadap kemampuan diri. Menyuap pengawas agar membuatkan kunci jawaban, atau paling tidak agar pengawas tidak terlalu sangar sehingga mahasiswa bias buka-bukaan (buka modul maksudnya). Dan ini yang paling saya tidak suka.

Pernah ketika D2 saya dipilih sebagai ketua senat mahasiswa yang ternyata sebagai boneka penyelenggara saja, tak pernah diperhatikan. Bahkan ketika ada sedikit gerakan langsung dituduh makar. Apakah salah ketika saya mengusulkan minimalisasi biaya wisuda? Apakah salah hingga semua mahasiswa mentertawakanku. Ternyata aku salah, untuk apa aku membela para mahasiswa yang ternyata kaki tangan penyelenggara. Tapi entah, setelah peristiwa itu berlalu banyak mahasiswa yang mulai mendukungku, terjadilah gerakan besar. Aku bersama 5 orang teman terperangkap, disidang, dicacimaki, harga diriku diinjak-injak oleh KAS**** keparat. Tapi tak apa usahaku bersama teman-teman berhasil juga, meskipun biaya hanya turun 17% saja.

Sekarang aku kembali masuk UT, transfer program S1. Pengelolaan lebih baik dibanding ketika D2, mungkin karena berbeda penyelenggara. Hari pertama ujian sangat tenang, sehingga aku bias leluasa mengerjakan soal. Ku pikir universitas terbuka sudah menampakkan kemajuannya, saya bangga kuliah di UT. Tapi pada hari kedua, masya Allah lembar jawaban saya sampai melayang ke bangku sebelah, suasana kelas riuh, hampir-hampir tidak bisa konsentrasi. Ah… ternyata masih sama. Yah beginilah Universitas Terbuka, saking terbukanya sampai-sampai tak ada rahasia lagi, pengawas ujian tidak berfungsi. Kapan Negara kita mau berubah ya, kalau guru-guru kita seperti itu. Semoga tidak termasuk aku.

Aku memang tak bisa merubah masa lalu dan semua orang, tapi aku selalu mencoba untuk merubah diri sendiri dan mimpiku untuk masa depan.

SURAT SAHABAT

KALAU ADA WAKTU MAIN KE RUMAH YA?
“Dimana kawanku, inginku menyapa. Beri aku ruang, tempatkan diriku.
Dimana kawanku, semakin menjauh. Beri aku arti, tak ingin berbeda.”(Padi)




Kemajuan teknologi seakan-akan mempersempit dunia ini. Yang jauh jadi dekat, yang dekat semakin dekat. Menurutku pernyataan itu tidak sepenuhnya benar,bahkan bias jadi sebaliknya: yang dekat jadi jauh, yang jauh semakin jauh. Dengan kemajuan teknologi, untuk berkomunikasi tidak mesti bertatap muka. Bias lewat tetefon, HP, atau chating via internet. Teman bicara tidak hanya tetangga depan rumah saja, bahkan bias saja dari mancanegara. Hal inilah yang sedikit banyak berpengaruh terhadap pergaulan. Silaturrahmi jadi berkurang, butuh sesuatu tinggal sms. Kalau kita ambil positifnya sih silaturrahmi tidak mesti bermuwajahah. Komunikasi via surat, telepon, maupun internet juga bisa dikatakan sebagai sarana silaturrahmi untuk saling tanya kabar, uluk salam, serta cerita panjang lebar.
Sarana komunikasi yang kian maju justru membuatku jauh dari sahabat penaku. Layyinatus Syifa, gadis yang aku kenal melalui tabloid Yunior, sisipan Koran Suara Merdeka edisi Minggu di rubric Terminal Puisi, taun 2002 tepatnya. Awalnya aku iseng membuat karu ucapan lebaran, tapi bingung mau dikirim untuk siapa. Ketika ku baca YUNIOR, ku temukan satu nama Layyinatus Syifa. Saya kira masih kelas V SD ternyata sudah kelas I SMA.
Layyinatus Syifa, lama tidak ada kabar, baik-baik sajakah kamu sekarang? Itu suratmu yang kau kirim pada tahun 2002. Sekarang sudah 9 tahun ya. 10 tahun lagi nggak apa-apa kan? Berarti masih 1 tahun lagi.

THEME SONG DETEKTIF CONAN




GROWING OF MY HEART
I finished packing for the future, baby
Let’s start walking forwards tomorrow’s story
Now get up get up get up get up baby
Reaching the climax stars from now growing of my heart

With just one sigh I started to crumble yesterday
I uttered your name, reaching exit
I ran out of breath, stop to a half
I draw a map with my tears
Time is now pushing me to move

The wind, the trees, the flowers all shine
Like the first rays of sun
Keep on climbing to the sky you are looking at
Your inner heart has started to shine

Let’s throw away all of our excess luggage
And only aim to the place you are
Now get up get up get up get up baby
Reaching the climax stars from now growing of my heart



******
Lets stop the time and hold me tight
I want you to be close
I love you so many times
Crying till the dawn comes up
Your warmth make it painful
Im fearing that I lose my hair when you touch me
This attraction make us closer
I will find out what tries to tear us apart
Stop the time and smile softly
I will be on your side forever
Light of the dawn shine on you
And let us shine


JUNE BRIDE
Ashita ga mienai mainichi ni
Anata wo suki ni nate yokatta
Zutto kawaranai kimochi de itai
Hibiki au ima wo tomete
Futari ni naru no ga kowakata
Jibun no koto mirai no yume na kaete ikeru

Anata shika mienai
Kureyuku machi setsunasa ga tsunoru
Yawarakara kaseno na kazuto
Shinji ni nagara futari itsu made mo
June bride, I’ll be with you



JUNE BRIDE
The unforeseen tomorrow
I’m glad that I love you
My feelings for you never change
Echoing, stopping time
Yet, I’m afraid of being together
Although I can’t change the past and the people
I can change myself and my dreams of the future

Only you can see it
The dark path, where sadness walks
Upon the soft breeze
The two of us will always believe in each other
June bride, I’ll be with you

PAK CIK

“Semua gambar diawali dari sebuah titik” Pak Cik aku memanggilnya, bukan sebutan paman dalam Bahasa Melayu. Beliau adalah Pak Mucikno, Gur...