Selasa, 29 Desember 2015

SANG SURYA

SANG SURYA
“Menyinari dunia tanpa minta balas jasa”
Aku hanyalah seorang anak kecil. Sekarang berhadapan dengan banyak anak kecil. Mereka murid baruku di kelas III. Pada hari Sabtu, 4 Agustus 2004 Kepala sekolah mengantarku ke kelas, memperkenalkanku sekilas, lalu menyerahkan kelas itu kepadaku. 32 anak,  lebih dari tiga kali lipat ketika aku kelas VI SD, pikirku apakah aku mampu mengendalikan mereka, sementara 10 siswa saja pada masaku gaduhnya luar biasa.
Pelajaran pertama matematika, tak ada yang bersuara, haa bingung akupun bingung menuliskan cerita kebingunganku pada saat itu.
Besoknya olah raga, karena belum ada guru olahraga, jadi guru kelasnya masing-masing yang mengajar. Padahal aku paling tidak suka. Anak-anak sudah mulai mengenalku, mereka tanpa ragu mengajakku bermain kasti. Giliranku memukul, stikku malah mengenai anak yang jaga di belakang Akhsanul Fikri namanya. Dia nangis, guling-guling ahhh kesalahan pertama. Selepas itu kepala sekolah menasehatiku karena aku mengajar pakai celana doreng dan kaos oblong US Marine warna hijau army.
Hari-hari  berikutnya tampaklah sifat asli mereka, seringkali aku salah sebut nama karena kecenderunganku mengenal seseorang melalui sepatunya (maklum ghadul bashar,hehe..) tapi sepatu anak jaman sekarang kan gonta-ganti, tidak seperti jamanku dulu yang pakai sandal jepit kala musim hujan. Maka aku mulai mengubah cara mengenal mereka dengan menyamakan wajah mereka dengan orang-orang yang aku kenal.
Sebelum menceritakan lebih jauh tentang mereka, ada baiknya saya absen murid saya satu per satu
1.       Musaini
2.       Sapii Turahharjo
3.       Sofiyanto
4.       Eka Sari Khasanah
5.       Khoirul Anas
6.       Wahyu Andi Wijaya
7.       Akhsanul Fikri
8.       Ainun Ma’ruf
9.       Bintari Astuti
10.   Devi Herawati
11.   Dzikrul Ghofilin
12.   Eka Oktaviana
13.   Femina Putri Meetaliasari
14.   Imawati
15.   Khusnul Fitriani
16.   Laela Komariyah
17.   Maulana Aditya
18.   M. Ibnu Dzaki
19.   M. Sholeh
20.   M. Ismail Yusuf
21.   Nahida
22.   Nur Khatun Khasanah
23.   Rezky Ikhwan
24.    Siti Wulandari
25.    Sri Hartati
26.    Tri Buana Tungga Dewi
27.   Tyas Eko Widiyantoro
28.   Vina Handayani
29.   Wahyuni Ismiani
30.   Widya Sasi Karani
31.   Yonda Dwi Maulana
32.   Dedi Surya Winata

Suatu ketika, pelajaran olah raga saya awali dengan pemanasan lari-lari kecil keliling kampung, ada salah seorang warga yang nyeletuk, “Itu kelas berapa kok besar sendiri?” Kebetulan Musaini, anak paling tinggi dan besar, bahkan tingginya hampir menyamaiku, tidak masuk kelas, sehingga Saya yakin celetukan itu karena melihatku. Lantas dijawab “itu kan gurunya”, “Lah, kok kecil banget!”. Dalam hati saya tersenyum, memang begitulah orang tua, tidak pernah konsisten dengan pendapatnya sendiri. Seringkali orang tua membangunkan anak dengan berkata sudah siang, ketika anak sudah bangun kemudian minta es, dikatakan masih pagi gak boleh minum es. Barangkali pendidikan kejujuran memang harus ditanamkan sejak dini tanpa melihat situasi dan kondisi. Tidak ada istilah bohong itu baik, berbohong demi kebaikan, dan istilah lain yang serupa. Bagiku bohong tetap saja bohong dan termasuk perbuatan yang tidak terpuji. Menurutku daripada berbohong lebih baik mengalihkan perhatian anak seperti dalam kasus tadi, misalnya dengan menawarkan the hangat atau susu kental manis. Upps! Terlalu melebar ya pembicaraannya.


BERSAMBUNG……………

Selasa, 27 Oktober 2015

PRIORITAS

AVE SERIES#05 : PRIORITAS
Ave
23/08/12 17:16
Tiap org punya prioritas dlm hidup. Menulis bukan prioritas utamaku. Tp tentu sj, prioritas ke sekian pun tetap butuh alokasi waktu. Dan butuh konsistensi. Kau?
Memang benar yang dikatakan mas ave melalui smsnya. Saat inipun menulis cerita bukanlah prioritas utamaku. Aku memang sedikit luang di rumah, tapi pekerjaan diluar berkurang saja tidak pernah. Ya seringkali aku bawa pekerjaan sekolah sampai rumah. Meski dalam SK pembagian tugas aku hanya tercatat 26jam seminggu namun sebetulnya lebih dari itu. Selepas libur lebaran makin disibukkan dengan kurikulum, dapodik, nuptk, dan lain sebagainya. Hari-hari biasa juga sama, aktifitas ngetik nggak pernah libur. Nah kalau dah sibuk-sibuknya kayak gini justru jadi rindu aktivitas nulis cerita. Kebetulan ini sms tepat satu tahun yang lalu.
Melihat kesibukan Mas Ave rasa-rasanya tak ada waktu buat nulis. Secara kasat mata jauh bangetkan mangkok dan kertas, sendok garpu sumpit dan pulpen atau keybord, mie dan abjad. Yah mungkin karena kesibukannya itulah yang membuat Mas Ave membatin :”jadi penulis itu nyenengin tapi susah dijalanin”.  Bener nyenengin kan mas? Ini aku jadi agak fresh biar pekerjaan tadi tak tinggal dulu.
Fokus pada prioritas memang perlu, tapi kalo ritmenya terganggu mesti diselaraskan dulu, mungkin dengan kegiatan berbeda, seperti ini misalnya.

@plasticroom,23/08/13 20:43

CINTA : ENERGI LUAR BIASA

Ave series  Eps. 04
CINTA: ENERGI LUAR BIASA
Ave
29/08/2012 20:01
Crpn2 rmj ku dulu bnyk trcipta ktk aq sdng jatuh cinta dan/atau patah hati. Sungguh dahsyat energinya!

Seberapa besar sih kekuatan cinta? Mungkin kalo gak ada cerita cinta, bintang pelem gak bakal sebanyak sekarang,  yah bisa dibilang mereka hidup karena cinta. Gak hanya itu saja, musisi-musisi kita juga banyak nyanyi soal cinta, termasuk penulisnya macam mas ave juga nulis karena cinta.
Bohong kalo mas ave nulis karena tuntutan ekonomi untuk menghidupi keluarga. Justru cintanya kepada keluargalah yang mendorong beliau terus berkarya: menghidupi Novel dengan novel atau membuat Novel dari novel. Piye mas sing bener?
Cinta... demi cinta orang rela mati, Romeo – Juliet, Qais – Laela, bahkan Peter Parker dan Clark Kent rela kehilangan kekuatan supernya untuk bisa menikahi M.J. dan Louis Lane. Ya cinta memang bisa menguatkan sekaligus melemahkan. Katanya sih, cinta bisa bikin orang lemah jadi kuat dan orang kuat jadi lemah. Tapi menurutku cinta tak pernah melemahkan. Orang yang lemah karena cinta mungkin salah sandaran, hanya menyandarkan pada objek yang dicintainya bukan pada Yang Maha Cinta.
Jalinan cinta tulus suci terbalut terikat erat jangan terpisah lagi waktu kan menguji cinta kita berdua (jadi ikutan nulis lagu, maklum sambil dengerin lagu2nya Dewa 19).
Bukan cinta namanya kalo belum ada ujian. Coba saja kita tilik sejarah, bagaimana Bilal menahan himpitan batu besar di tengah padang pasir yang panas gara-gara gak mau nyembah tuhan majikannya Umayah. Bagaimana Abu Bakar menahan sengatan kalajengking waktu menemani Rasul di Gua Tsur. Bagaimana Umar bin Khatab patroli malam hari dan menemukan keluarga yang kelaparan hingga memasak batu, Umar membawa sendiri gandum dan memasaknya untuk keluarga itu.
Jadi cinta seperti apa yang melemahkan? Menurutku tidak ada, karena cinta sungguh dahsyat energinya. Kalaupun ada, justru membuatnya lemah lembut, selembut Muhammad ketika menyuapi pengemis buta yang nyata-nyata menghina nabi. Hingga nabi meninggal dunia, kelembutannya tidak bisa digantikan oleh Abu Bakar.


Equilibrium, 15/10/12 22:27

SNIPER

“SNIPER”
27-11-09 20:59
Dari: Aveus har

Aq mmpunyai bnyk tips dr internet ttg bgmn menulis cerpn dn artkel. Tp tdk ku dptkn cr menembk dg jitu. Skali kirm lgs dmuat. Apkh km mndptkn itu? Ajari aku.

Lagi-lagi sms dari mas Ave. aku malu mendapat sms darinya, entah info lomba, penerbitan, atau naskah yang ia sebar di pelbagai media. Sungguh aku malu harus membalas apa. Paling-paling “ya”, “terima kasih”, tidak jarang juga aku mengabaikannya. (27-11-2009)

Pagi ini aku bisa lebih tenang. Mungkin efek dari 5 butir pil yang aku telan jam sembilanan selepas makan malam kemarin. Sebetulnya aku sudah beranjak tidur, namun mataku belum mau diajak istirahat meskipun raga ini hampir tumbang kelelahan melakukan aktifitas pada hari Jum’at yang berbeda dengan hari Jum’at yang sudah-sudah.
Kemarin pagi aku pulang lebih awal, jumatan lebih awal meski Jumat Pon bukan jatahku berkhotbah. Pulang jumatan masih sempat bantu bapak sampai jam empat, setelah itu makan siang dan minum obat. Oya aku baru ingat, ternyata sempat ketiduran juga hingga maghrib, tak ikut jamaah di masjid. Setelah maghrib sudah menjadi aktivitas rutinku selama sepekan jadi guru privat di dua tempat yang jadwalnya telah ku atur dua hari sekali pada satu tempat dan dua hari sekali tempat lain.
Sampai dirumah, makan malam, minum obat, solat isya yang lagi-lagi telat. Oh betapa susahnya berjamaah meski mushola dekat rumah.
Hingga sampai pada pagi ini, pagi yang menurutku lebih tenang dari pagi-pagi yang telah lewat. Pagi yang tenang, detik jam, desir angin, suara jengkrik, tapi belum ku dengar kokok ayam meski waktu menunjuk pukul 2:36. Kembali teringat puisi “tasbih” yang aku ikutkan lomba cipta karya puisi islami dan mendapat juara III:

“TASBIH”

2003.05.22/01:27 am
Ayam jantan mulai berkokok. Kukuruyuk kukuruyuk bersahut-sahutan
Ummm,….terasa indah sebagai ganti musik radio yang  sedari tadi mati.

Ayo berkokok terus sampai pagi. Aku ingin dengar suaramu lagi

Tuhan,….. apakah ayam jantan itu bertasbih kepada-Mu.
Kalau iya, betapa malunya aku.

*
2003.05.22/01:29 am
Seketika, ayampun terdiam, berganti jangkerik yang berkerik.

Tuhan,…. apakah jangkerik juga bertasbih kepada – Mu.

Aku belum ngantuk juga, hingga ku putuskan untuk mengacak-acak folder judul. Kumpulan judul yang aku tulis ketika mendapat ide, namun tidak langsung aku tulis ceritanya, atau kalau aku tulis hanya beberapa kalimat saja. Ku temukan judul ini yang ternyata sudah lama sekali tidak aku rampungkan.
Ya dini hari memang waktu yang sempurna untuk menulis, sembari menunggu sepertiga malam terakhir.

Apakah mas Ave juga merasakan indahnya dini hari ya? Sehingga karyanya mengalir begitu saja selaksa beliau menuangkan es teh untukku di warungnya, “Mie Ayam Harso”.
Atau mungkin karena beliau telah dikabulkan Munajat Cintanya, sehingga bersama istri melahirkan Novel Mahardika. Bisa jadi karena jam terbangnya.
Tidak jaminan juga ternyata, karena penulis sekaliber mas Ave pun tidak sekali tembak tepat sasaran menembus media. Perlu banyak latihan dan mencoba untuk membidiknya, kalau belum bisa, siapkan amunisi sebanyak-banyaknya dan siap berondong tuh media. Kali aja ada yang kena. Itu kata mas ave, kalo gak bisa naik kapal pesiar, kita bisa kok naik sekoci.

Kalau Kamu?

Floristcity@09062012, 03:03


Senin, 26 Oktober 2015

SERIAL METHA : RATU KECANTIKAN

 

RATU KECANTIKAN

            Hobi Metha makin aneh aja, sebenernya sih nggak aneh-aneh banget, berhubung hal itu tidak umum bagi Metha, jadi anggap aja aneh. Seperti biasa Metha mengagumi bulan purnama. Nah malam inikan malam purnama tentu saja Metha siap menyaksikan idolanya sembari meluk guling bermotif smurf, tak lupa radio mininya.
Layalnya anak TK yang mengagumi pelangi, Metha pun kagum bulan, ia terus mencari falsafah tentang bulan.

Rembulan

Riak ombakpun tunduk padamu
Memberimu kesempatan bercermin dilautnya
Ikan menari menyambut sinarmu….

            “Duh..yang lagi kesengsem sama rembulan, berpuisi ria niye…”
“Mbak ganggu aja, cepet pergi ah!”
“Ye.. ngusir ni. Yang namanya ratu kecantikan tuh gak seenak yang kamu bayangkan, nggak cukup punya wajah cantik, pinter wajib!”
“Kurang cantik gimana nih, body juga oke, tapi…”
“Nah lo, kamu tuh belum cukup pinter”
“Emangnya kudu pinter ya?”
“Harus, nggak pernah lihat Miss Universe atau Putri Indonesia?”
“Kalau itu sih aku biasa nonton, paling-paling pertanyaannya itu-itu aaja”
“Oke deh, mbak percaya kok kalo kamu bias, tapi Metha tau nggak kalo dalam kontes semacam itu salah satu seleksinya pakai pakaian renang, difoto juga, hasil yang bagus dipampang di majalah dewasa”
“Uh, nyebelin. Kapan sih mbak mau dukung Metha, ngiri ya gak punya wajah secantik Metha”
“Bukannya ngiri Metha, mbak berusaha menjaga kamu”
“Bodo amat, sama aja lagi…”
Metha marah, nangis, pintu kamarnya ditutup dengan keras. Gantungan pintu dari kayu yang semula diam, bergoyang hebat. Mery kaget, bingung, harus dengan cara apa lagi menasehati Metha.

*

“Metha sayang, keluar dong, mbak kasih kejutan nih”
“Bodo….!”
“Iya deh, mbak salah, tapi marahnya kok sama pintu, sampai dibanting segala, kan kasihan”
“Kasihan apanya, emang pintu punya nyawa, mo gue banting, gue bakar, bukan urusan lo” huufff gitu deh kalo Metha lagi marah
“Meth…” panggil Mery selembut mungkin
“Apa… Mat met mat met! Emangnya gue komet?” Dasar anak guru IPA, marahpun bawa-bawa benda langit.
“Iya, komet hely, helicopter, muter-muter, nabrak gunung, pilotnya mampus!” jawab Mery sekenanya.
Sementara Metha gak habis piker kok Mbak mery bias ngomong kaya gitu ya. Pengenya sih ketawa, tapi malu, masa habis nangis ketawa, ntar malah diledekin sama mbak Mery lagi. Ah jadi inget waktu kecil, kalo nangis dihibur, kalo udah ketawa diledekin, kamis selasa habis nangis ketawa, kalo udah gitu biasanya Metha nangis lagi, tambah kenceng. Hmmmm masa kecil yang indah.

*
 
“Meth, udah dong diem, mumpung Agus belum pulang”
“Tenang aja mbak, belum saatnya mereka pulang. Kalaupun udah pulang, paling-paling sutradaranya gak ngijinin masuk, tokoh utamanya kan aku”
“Apa-apaan sih, bawa-bawa nama sutradara segala, emang syuting sinetron?”
“Udah deh, mbak aja yang diem, lagian mbak kan Cuma figuran”
“??????”
*

“Cihui…mbak Mery dah pergi, mendingan kencan sama bulan di atas genteng kali ya, pasti gak ada yang gangguin”
Kok bisa-bisanya ya metha naik ke atap, emangnya gak takut jatuh, dasar tuh anak udah lupa kali ya sama cita-citanya, katanya mo jadi ratu kecantikan.
Nggak disadari papa, mama serta satu makhluk yang paling nyebelin di keluarga pak Yudha yang tak lain adalah adik kandung Metha yang bernama Agus pulang dari pasar malam. Nama aslinya sih Satria Bagus Meteora, tuhkan namanya ngambil dari benda langit lagi, untung bukan Satria Bagus Yupiter, bias-bisa nyaingin SBY nanti.
“Dor…dor…dor…!”
“Angkat tangan” Agus menodongkan pistol-pistolan pada Mery
“Hhhhhh… ngagetin aja, Agus mo jadi polisi ya?”
“Gak mau, Agus maunya jadi teroris yang baik”
“Mana ada teroris baik”
“Kan Agus yang jadi terorisnya, nerornya orang-orang yang jahat”
“Contohnya orang yang jahat itu siapa?”
“Teroris”
“Berarti Agus jahat dong”
“Agus kan teroris yang baik”
“Kalo Agus baik kenapa mesti jadi teroris, jadi polisi aja ya?”
“Kalo polisi baik, kenapa ada yang jahat? Kalo jahat kenapa jadi polisi?”
“Ya udah deh terserah Agus mo jadi apa”
“Oya, Agus mo jadi spiderman aja, jadi gak butuh pistol lagi, gak butuh kendaraan, gak butuh rumah, gak butuh jalan, gak butuh premium, gak butuh….”
“Gak butuh makan, ntar Agus makanannya serangga aja ya, nggak usah pake jaring juga, rambut Agus dah persis jaring tuh”
“Enak aja, gini-gini mirip artis lo mbak?”
“Siapa?”
“Edi Brokoli, hehehe….”

*

“Mery,”
“Iya, Pa”
“Metha kemana?”
“Tuh di kamar lagi kencan”
“Hah….. Masya Allah”
“Maksud Mery, kencan ma bulan pa, tau tuh anak lagi kumat apa”
Memang Metha lagi kumat, sekarang gak tanggung-tanggung, gak hanya ngeliatin bulan dari jendela, tapi dari atap, kontan aja mama langsung histeris.

“Aduh, anak cantik mama, ntar kalo jatuh giman, nggak bias jadi model dong”.
Mama selalu saja begitu, berambisi banget anaknya jadi model, maklumlah tukang rias, mungkin cita-cita mama dulu yang gak kesampean jadi model karena keburu dilamar papa. Hmmm ketahuan juga kenapa mama ngotot ngasih nama Qomariyah di belakang Methana Okta meskipun gak match.
“Metha… ngapain kamu di atas malam-malam gini, cepetan turun, ntar malah dikira kuntilanak lagi” Ye…papa tega banget nyamain anaknya sama kuntilanak, ntar kalo dibilang jurig botak baru ngerasa dia.
“Bentar pa…”

*

Sesampainya di bawah, Metha teriak sejadi-jadinya
“Agus………!!!!!!!!” Agus bikin Metha kesel untuk kesekian kalinya. Pindy, boneka panda kesayangan Metha dicorat-coret pake spidol, tapi Agus malah tenang-tenang aja nggak ngerasa berdosa sedikitpun, maklum anak kelas 3 SD.
“Agus, kamu kan udah punya pistol-pistolan ngapain mainin boneka mbak metha” nasehat mama pada Agus.
“Ma Saras kan gak ada temennya, jadi boneka mbak metha tak bikin mirip kucing”
“Mirip apaan, masa panda disamain ma kucing” kekesalan Metha belum juga sirna, gimana tidak, itukan boneka kesayangannya waktu piknik ke Great Wall Cina.
“Meth, Kamu marah sama Agus karena boneka itu, kalo iya sama halnya kamu marah karena Agus bernafas. Belajarlah menerima sesuatu yang nggak mengenakkan dengan sikap filosofis*)”
“Filosofis? Maksudnya?” Tanya Metha
“Maksudnya…apa ya?” Mery bingung
“Dasar psikolog kacangan” ?????

***

Ramadhan 1424/Rewrite Ramadhan 1432


*) Dr. Paul Hauck

TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH

TEKNIK
PENULISAN KARYA ILMIAH


A.      TEKNIK PENGETIKAN
1.    Skripsi, tesis, atau disertasi ditulis dengan menggunakan kertas HVS 70-80 gram ukuran A4 atau kuarto.
2.    Diketik dengan menggunakan computer, jenis huruf Times New Roman ukuran 12, dicetak dalam quality letter.
3.    Batas tepi kiri 4 cm, tepi atas 4 cm, tepi kanan, 3 cm, tepi bawah 3 cm. kalo menggunakan MS Windows atau Word Perfect, margin kiri dan kanan 1,20 margin atas 1,2 dan margin bawah 1,0.
4.    Pengetikan paragrapf baru dimulai dengan awal kalimat yang menjorok masuk ke dalam dengan lima ketukan atau lima hururuf (1 tab).
5.    Penulisan judul Bab dan sub bab menggunakan HURUF KAPITAL  (HURUF BESAR) SEMUA t Nomor urut judul paragraph tanpa garis bawah dan tanpa titik. Nomor Bab menggunakan angka Romawi. Setiap awal dari judul  sub-bab harus ditulis dengan HURUF KAPITAL, kecuali kata sambung. Nomor urut judul paragraph menggunakan angka Arab atau abjad.
6.    Cara penomoran dapat menggunakan salah satu cara:
Cara pertama   : I., A., 1., a., 1), a), (1), (a)
Cara kedua      : I., 1., 1.1, 1.1.1, dalam penomoran harus digunakan secara konsisten.
7.    Perpindahan dari satu butir ke butir berikutnya tidak harus menjorok, melainkan dapat diketik lurus/simetris.
8.    Penggunaan nomor urut  sebagaimana yang disebutkan pada butir 6 sebaiknya dibatasi dan jangan berlebihan, karena pada prinsipnya karya tulis ilmiah lebih banyak menggunakan uraian bukan pointers.
9.    Judul table ditulis di sebelah atas table, sedangkan judul untuk bagan , diagram, atau gambar, ditulis disebelah bawah.

B.       CARA MENULIS KUTIPAN DAN SUMBER KUTIPAN
            Model Turabian menggunakan catatan kaki (footnote) untuk menunjukkan referensi, dan menggunakan istilah-istilah ibid, op cit, dan loc cit.  Apabila pengetikan masih menggunakan mesin tulis, model Turabian lebih sulit dilaksanakan karena harus selalu menghitung jumlah baris dari bawah yang harus disediakan untuk menulis catatan kaki. Dengan demikian model Turabian jarang diminati.
Untuk selanjutnya aturan penulisan kutipan dan sumber kutipan di bawah ini didasarkan pada sistem Harvard, adalah  sebagai berikut:
  1. Jika kutipan yang diambil adalah kutipan pertama langsung dari penulisnya maka kutipan ditulis dengan menggunakan tanpa petik dua (“……”).
  2. Jika kutipan yang diambil dari kutipan, maka kutipan tersebut ditulis dengan menggunakan satu tanda petik (‘……….’).
  3. Jika kalimat yang dikutip hanya tiga baris atau kurang, kutipan ditulis dengan menggunakan tanda petik dua (“…”) atau tanpa petik satu (‘…….’) namun dalam penulisannya digabvung ke dalam paragraph yang ditulis oleh pengutip dan diketik dengan jarak baris dua spasi.
  4. Jika yang dikutip terdiri atas empat baris atau lebih, maka kutipan ditulis tanpa tanda kutip, dan diketik dengan jarak baris satu spasi. Baris pertama diketik mulai dari ketukan ke enam dan baris kedua dan seterusnya diketik mulai ketukan ke lima.
  5. Jika bagian dari yang dikutip ada bagian yang dihilangkan, maka penulisan bagian itu diganti dengan tiga buah titik (…proses pembelajaran  dst).
  6. Jika sumber kutipan mendahului kutipan, cara penulisannya adalah nama penulis yang diikuti dengan tahun penerbitan, dan nomor halaman yang dikutip yang diletakan dalam kurung. Hamalik (1996:41) bahwa “metode belajar adalah……………………”
  7. Jika sumber kutipan ditulis setelah kutipan, maka nama penulis, tahun terbitan dan nomor halaman diletakan dalam kurung semua. “metode belajar adalah …………….” (Hamalik, 1996: 41)
  8. Jika sumber kutipan merujuk sumber lain atas bagian yang dikutip, maka sumber kutipan yang ditulis tetap sumber kutipan yang digunakan pengutip dengan menyebut siapa  yang mengemukakan pendapat tersebut. Contoh: buku yang digunakan Saudara sebagai buku sumber adalah Metode Belajar karangan Hamalik. Dalam tulisannya hamalik mengutip pendapatnya Darmono. Maka dalam pengetikannya, Darmono (Hamalik, 1996: 50).
  9. Jika penulis terdiri atas dua orang, maka nama dari kedua penulis tersebut harus disebutkan, misalnya Hamalik dan Darmono (1997: 32).
  10. Jika penulisnya lebih dari dua (tiga atau empat), maka dalam menulisnya hanya satu nama yaitu nama penulis pertama yang diikuti et al diketik miring). Perhatikan tanda titik setelah al. singkatan dari ally. Contoh  Mc Clelland et al. (1960: 35).
  11. Jika masalah yang dikutip dibahas oleh beberapa orang dalam sumber yang berbeda maka cara penulisan sumber kutipan. Beberapa studi tentang anak-anak yang mengalami kesulitan belajar (Dunkey, 1976; Miggs, 1986; Parmenter, 1987) menunjukan bahwa ……. (tulis intisari dari beberapa pendapat yang merupakan perpaduan dari ketiga sumber tersebut).
  12. Jika sumber kutipan itu adalah beberapa karya dari penulis yang sama pada tahun yang sama maka cara penulisannya adalah dengan menambah huruf  a, b, dan seterusnya. Contoh; (Douglas, 1987a, 1987b).
  13. Jika sumber kutipan tanpa nama, maka penulisannya adalah (Tn. 1978: 18).
  14. Jika sumber kutipan diutarakan pokok-pokok pikiran dari seorang penulis, maka dalam penulisannya tidak perlu ada kutipan langsung, cukup dengan menyebut sumbernya.
  15. Nama penulisan dalam kutipan adalah nama belakang atau nama keluarga dan ditulis sama dengan daftar pustaka.

C.   CARA MENULIS ANGKA
            Cara menulis angka dalam suatu kalimat sebagai berikut:
1.         Apabila angka tersebut kurang dari 10, maka penulisannya ditulis dengan kata-kata.
2.         Apabila angka tersebut 10 atau lebih, maka penulisannya ditulis dengan angka Arab.
3.         Untuk simbol kimia, matematika, statistika, penulisan dilakukan sesuai dengan kelaziman dalam bidang yang bersangkutan contoh: (H2SO4) tidak ditulis H dua SO empat.

D.      CARA MENULIS SINGKATAN
Penulisan singkatan mengikuti aturan sebagai berikut:
1.         Untuk penulisan pertama kali  suatu nama harus ditulis lengkap dan kemudian diikuti dengan singkatan resminya dalam kurung. Contoh: Dalam laporan tahunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) disebutkan bahwa …………………………
2.         Untuk penulisan berikutnya singkatan resmi yang ada dalam kurung digunakan tanpa perlu menuliskan kepanjangannya. Contoh Dalam laporan PBB tersebut dinyatakan bahwa ……………………..
3.         Singkatan yang tidak resmi tidak boleh digunakan.

E.     CARA MENULIS DAFTAR PUSTAKA
1.         Disusun secara alfabetis. Jika huruf awal sama maka huruf kedua dari nama penulis tersebut menjadi dasar urutan demikian seterusnya.
2.         Nama penulis, dengan cara menuliskan terlebih dahulu nama belakang kemudian nama depan (disingkat). Hal ini berlaku untuk semua nama baik nama asing maupun nama Indonesia. Contoh: Abdul Ghofur, penulisannya Ghofur, A
       Tuti Herawati-Mulyono ditulis Herawati-Mulyono, T.
3.         Urutan pengetikannya: Tahun terbitan, judul sumber ditulis yang bersangkutan dengan digarisbawahi atau dicetak miring, kota tempat penerbitan, dan nama penerbit. Contoh:

Azwar, S. (2008).  Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

4.         Baris pertama diketik mulai ketukan pertama dan baris kedua dan seterusnya diketik mulai ketukan kelima atau satu tab, sedang jarak baris antara baris pertama dan kedua ketiga dan seterusnya satu spasi. Sedangkan jarak antara sumber satu dengan sumber berikutnya dua spasi.

Creswell, J.W. (2008). Educational Research. Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. (Third Edition). USA: Pearson Merrill Prentice Hall.

F.        CARA MENULIS DAFTAR PUSTAKA BERDASARKAN  JENIS SUMBER   YANG DIGUNAKAN
  1. SUMBER KUTIPAN DARI JURNAL
Penulisan jurnal sebagai daftar pusata menulisnya menurut urutan: nama belakang penulis, nama depan penulis (disingkat), tahun penerbitan (dalam tanda kurung), judul artikel (ditulis diantara tanda petik), judul jurnal dengan huruf miring/digarisbawahi tanpa didahulu dengan singkatan “Vol”, nomor penerbitan (jika ada) dengan angka Arab ditulis di antara tanda kurung, nomor halaman dari halaman pertama sampai dengan halaman terakhir.
Contoh:
Tjahyani, B. (2005). “Perubahan Fungsi Sosial Pendidikan Keluarga di Desa Asal inigran Tenaga Kerja Wanila (TKW)”. Jurnal Mimbar Pendidikan. No. 3 Tahun XXIII. Bandung : UPI.

  1. SUMBER KUTIPAN DARI BUKU
Kalau sumber tulisan diambil dari bukumaka urutan penulisannya, nama belakang penulis, nama depan (disingkat), tahun penerbitan, judul buku digaris bawahi atau di cetak miring, edisi, kota asal, kota asal, penerbit.

Jika buku di tulis oleh seorang saja:
Contoh:
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung: Alfabeta.

Jika buku ditulis oleh dua atau tiga orang, maka semua nama ditulis
Contoh:
Browning, S.W., Green, R.J. (2003). Text Book of Family and Couples Therapy: From Strategic, to Systemic, to Narrative Model.. USA: Phychiatric Publishing, Inc.
                Jika buku ditulis oleh lebih dari tiga orang, maka digunakan et al. (dicetak miring atau digarisbawahi)
Contoh:
Hutter, M. et al. (1981). The Changing Family Comparative Perspectives. New York: John Wiley & Sons, Inc.

            Jika penulis sebagai penyunting.
Contoh:
De Vries, J. (Eds) (2009). Emotional Healing. Mengendalikan Emosi dan Kecemasan. (Alih bahasa Dian Vita Ellyati). Surabaya: Selasar Publishing.

            Jika sumber itu merupakan karya tulis seseorang dalam suatu kumpulan tulisan banyak orang.
Natawidjaja, R. (2007). Konseling Keluarga Sebuah Pengantar.  Perspektif Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Dalam Kehidupan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat, (Menyambut 70 tahun Prof. Dr. Hj. Melly Sri Sulastri Rifa'i, M.Pd.), Bandung: Jurusan PKK  FPTK UPI.

Jika buku berupa edisi
Contoh:
Borg, W.R., Gall, M. (1989). Educational Research: An Introduction (third ed). London: Longman, Inc.

  1. SUMBER KUTIPAN DI LUAR JURNAL DAN BUKU
a.       Berupa skripsi, tesis, dan disertasi
Contoh:
Sukartini, S.P. (2003). Model Konseling Keterampilan Hidup untuk Mengembangkan Dimensi Kendali Pribadi yang Tegar. (studi Eksperimental Pada Siswa SMU Negeri di Bandung). Disertasi Doktor pada  Bimbingan dan Konseling Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.
b.             Berupa publikasi Departemen
Contoh:
Undang-undang No. 39 tahun 2004, tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Bandung: Nuansa Aulia.

c.              Berupa Dokumen
Contoh:
Proyek Pengembangan Pendidikan Guru. (1990). Petunjuk Pelaksanaan Beasiswa dan Dana Bantuan Operasional. Jakarta: Depdikbud.

d.             Berupa Makalah
Kartadinata, S. (1989). “Kualifikasi Profesional Petugas Bimbingan Indonesia: Kajian Psikologis”. Makalah pada Konvensi 7 IPBI, Denpasar.

e.              Berupa surat kabar
Suara Merdeka. (2008). “TKW Asal Gemuh Jatuh dari Lantai 19”. Suara Merdeka (13 November 2008).

  1. SUMBER KUTIPAN DARI INTERNET
a.               Bila karya perorangan
Cara penulisannya. Pengarang/penyunting. (Tahun). Judul (edisi), [jenis media]. [Online]. Tersedia: alamat di  internet. [tanggal diakses]
Utami,  S.W. (2009). Korelasi Kepercayaan Diri dan Kematangan Emosi Dengan Kompetensi Sosial Remaja di Pondok Pesantren. [Online], halaman 2. Tersedia: fpsikologi@wisnuwardhana.ac.id. [19 November 2008].

a.       Bila bagian dari karya kolektif
Cara penulisannya. Pengarang/penyunting. (Tahun). Dalam sumber (edisi). [jenis media]. Penerbit. Tersedia alamat di internet. [tanggal diakses]
Contoh:
Daniel, R.T. (1995). The History of Western Music,In Britanica online: macropedia [Online]. Tersedia: http://www.com:180/egi-bin/g:DocF=macro/5004/45/0.html [28 Maret 2000].

b.      Bila artikel dalam jurnal
Cara penulisannya. Pengarang. (tahun). Judul. Nama jurnal [jenis media], volume (terbitan), halaman. Tersedia: alamat di internet.[tanggal diakses]

Contoh:
Supriadi, D. (1999). Restructuring the Schoolbook Provision System in Indonesia: Some Recent Initiatives. Dalam Educational Policy Analysis Archives [Online], Vol 7 (7), 12 halaman. Tersedia: http://epaa.asu.edu/epaa/v7n7.html [7 Maret 2000]

c.       Bila artikel dalam majalah
Cara penulisannya. Pengarang. (Tahun, tanggal, bulan). Judul. Nama Majalah [Jenis media], volume, jumlah halaman. Tersedia: alamat di internet [tanggal diakses]
Contoh:
Goodstein, C. (1991, September). Healers from the deep. American Health [CD-ROM], 60-64. Tersedia:1994 SIRS/SIRS 1992 Life Science/Article 08A [13 Juni 1995]

d.      Bila artikel dalam surat kabar
Cara penulisan. Pengarang. (Tahun, tanggal, bulan). Judul. Nama Surat Kabar [Jenis media], jumlah halaman. Tersedia: alamat diinternet [tanggal diakses]
Contoh:
Cipto, B. (2000, 27 April), Akibat Perombakan Kabinet Berulang, Fondasi Reformasi Bisa Runtuh. Pikiran Rakyat [Online], halaman 8. Tersedia:http://www.Pikiran-rakyat.com.[19 Maret 2000]
e.       Bil pesan dari E-mail
Cara penulisannya. Pengirim (alamat e-mail). (Tahun, tanggal, bulan). Judul Pesan.E-mail kepada penerima [alamat e-mail penerima]
Contoh:
Musthafa, Bachrudin (Musthafa@indo.net.id}. (2000, 26 April). Bab V Laporan Penelitian. E-mail kepada Dedi Supriadi (Supriadi@indo.net.id).




PAK CIK

“Semua gambar diawali dari sebuah titik” Pak Cik aku memanggilnya, bukan sebutan paman dalam Bahasa Melayu. Beliau adalah Pak Mucikno, Gur...