Kamis, 25 Juni 2009

ANAK ITU BERNAMA GIGIH

ANAK ITU BERNAMA GIGIH
Oleh: Abdul Sukur (www.jendelakamarkita.blogspot.com)

Apa yang kita lihat terlebih dahulu dalam mengenali seseorang? Tentu saja wajah. Tapi bagi saya tidak, karena saya termasuk anak yang pemalu, lebih parahnya minderlah, sehingga lebih sering melihat ke bawah dari pada ke atas. Hal itulah yang membuat saya berbeda dengan yang lain, yaitu cara mengenali seseorang tidak seperti teman-teman pada umumnya, saya lebih mudah mengenalinya melalui sepatu. Saya sampai hafal sepatu teman-teman saya semasa di SMP Negeri 4 Kedungwuni, yang sekarang berubah menjadi SMP N 3 Kedungwuni. Dari situ saya mengambil kesimpulan sendiri bahwa anak yang memakai sepatu merk Speed warna hitam adalah anak yang cerdas. Katakanlah teman SMP saya, kakak kelas saya Agus Setiawan pake sepatu itu, dia anak cerdas. Lantas teman sekelas saya Ristiningsih juga memakai sepatu itu, dia juga juara kelas. Memang sih itu kesimpulan ngawur yang tanpa dasar. Tapi tetap saja melekat sampai SMA. Selama SMA ku habiskan waktu di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Pekajangan, itu pun cara mengenal seseorang juga masih lewat sepatu. Hehe…kayak gak ada kerjaan aja ngamatin sepatu.
Meskipun sudah SMA tetap saja tubuh saya tidak seperti pada umumnya. Yah, masih panteslah bergaul sama anak kelas enem SD. Bahkan saat Fortasi (Forum Ta’aruf dan Orientasi, kalo di sekolah negeri namanya Masa Orientasi Siswa pada waktu itu) saya termasuk siswa termuda, terkecil, dan terimut.
Kembali kemasalah sepatu,...
Satu ketika pulang sekolah, dalam angkutan desa (kol guwo, dulu belum pake mikrolet untuk trayek Kedungwuni - Doro) tepat di depanku duduk seorang anak pake sepatu Speed warna hitam. Saya langsung menyimpulkan bahwa anak tersebut adalah anak yang cerdas, yang selalu juara kelas. Ketika kuluruskan pandang, tertangkap oleh mata sosok tubuh tegap, gagah, atletis, termasuk besar untuk ukuran anak SMP bahkan bisa dikatakan lebih besar dia dibandingkan dengan saya pada saat itu. Saya sempat berpikir negatif tentangnya, “Anak SMP kok dah segede ini. Pasti masuk TKnya telat, anaknya manja, sehingga sering tidak naik kelas semasa SD. Tapi dia pakai sepatu Speed warna hitam berarti dia anak cerdas”. Kulihat lagi dengan teliti, baru ku ketahui anak itu bernama GIGIH, GIGIH SETIANTO lengkapnya, itu yang aku tangkap dari papan nama di bajunya. Saya pikir orang tuanya salah ngasih nama mungkin. Mestinya dikasih nama GAGAH saja, mungkin itu lebih tepat. Lagian gak kelihatan gigihnya, orang pendiam gitu. Masih ingat pelajaran Bahasa Indonesia kan? Peribahasa “air tenang menghanyutkan” ya itulah Gigih. Dia siswa SMP N 1 Kedungwuni, Termasuk SMP favoritlah.
Next………..
Kisah ini dimulai dari debut kepemimpinan di Ikatan Remaja Muhammadiyah, aku mulai mengenalnya lebih dekat saat kegiatan IRM. Katakanlah saat kegiatan Gema Romadlon di Rogoselo, saat itu dia sebagai Sekretaris PR IRM Wonosari dan saya Ketua IRM Ranting Kutosari. Berlanjut Musyawarah Cabang, Dia sebagai Sekretaris dan saya sebagai Sekbid KPSDM. Ternyata kepemimpinan pasca Muscab ke-7 bisa dikatakan berhenti total. Sehingga setahun kemudian diadakan Konpiran dan dia sebagai Ketua Umumnya menggantikan Irmawan Wiryo Pranoto yang study di luar kota. Atas inisiatif bersama, untuk membangkitkan ghiroh berorganisasi maka diadakanlah kegiatan tadabbur alam ke perkebunan the Pagilaran. Diluar dugaan, peserta membludak hingga 100% dari yang di targetkan. Dengan modal semangat dan beberapa rupiah sisa kegiatan tadabbur alam, mulailah diadakan Musyawarah Cabang Bersama, yah Muscab Istimewa, karena selain IRM, arena Muscab itu juga milik Pemuda Muhammadiyah dan Nasyi’atul Aisyiyah. Hasil Muscab ke-8 tersebut, terpilihlah Gigih Setianto sebagai Ketua dengan suara terbanyak 39 dari 50 pemilih.
Proses Muscab ke-8 membuat persahabatan ini semakin erat, bagaimana tidak. Laporan pertanggungjawaban hanya dibuat oleh 2 orang, saya dan Gigih. Mungkin atas dasar itulah aku dipilih sebagai Sekretaris. Masa-masa indah di Pimpinan Cabang IPM Doro. Rapat pimpinan rutin tiap bulan. Biasanya malam kamis, minggu kedua atau kalau tidak tiap tanggal 17. Seperti biasa dengan menu rapat sego megono mbak Ida. Saya berani menjamin bahwa kepemimpinan Gigih Setianto adalah sample Ikatan Remaja Muhammadiyah yang Ideal, semua Bidang berjalan sesuai lahan garapnya masing-masing, namun ketika ada event besar toh bisa saling membantu antar bidang. Pada kepemimpinan Irmawan Gigih bisa jadi IRM dengan struktur terlengkap satu satunya di Indonesia : mungkin. Tiap Bidang punya Lembaga, taruhlah bidang Kaderisasi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (KPSDM) yang dikepalai Irmawan Tohirin ( Sekarang Perangkat Desa Kutosari), punya lembaga Laboratorium Mental yang mengkaji permasalahan intern organisasi maupun personal anggota sekaligus sebagai mediator problem solving. Bidang Studi Dakwah Islam yang dikepalai oleh Andi Rusfianto (Alumni Ponpes Gontor, Almarhum), punya Sekolah Sosial yang dinamai dengan Social Relegius Institute (SRI) dengan dosen-dosen Bapak-bapak Muhammadiyah Cabang Doro. Bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan (PIP) yang dikepalai oleh Fahmi Abdurrozaq (owner Schoolmart) punya lembaga penerbitan bulletin bulanan IRMAGAZINE dan kelompok studi Bahasa Inggris IRMeC (Ikatan Remaja Muhammadiyah English Club) . Bidang Apresiasi Seni dan Budaya dikepalai oleh Andi Musta’in (sekarang caleg salah satu partai) mempunyai kelompok Pecinta Alam yang diberi nama IRMAPALA yang dideklarasikan di Puncak Gunung Condong pada 2 Oktober 2005 oleh Ketua Pimpinan Cabang Ikatan Remaja Muhammadiyah Doro , Gigih Setianto. Disamping itu juga mempunyai 3 lembaga Istimewa: 1. Lembaga Kewirausahaan yang di ketuai oleh Sobirin ( Sekarang Pengusaha percetakan “Paradise”). Lembaga ini mempunyai Rumah Usaha “SMART” (Surya Manunggal ART) yang beralamat di Jl. Raya Simpang Tiga Kutosari (Sekarang Depo isi Ulang "AMS" milik PCM). 2. Lembaga Kepanduan diketuai oleh Mahfudh Fauzi ( Sekarang Guru SMK Muhammadiyah Doro). 3. Lembaga Jaringan Eksternal, di ketuai oleh Saiful Muttaqin (aktifis Pemuda Muhammadiyah yang lebih aktif di IRM, sekarang damai di surga). 4. Korps Irmawati yang diketuai oleh Nur Hidayah (sekarang Kepala MI Muhammadiyah Kutosari).
Kepemimpinan di PC IPM Doro mengalami transisi juga ketika 4 personilnya masuk Pimpinan Daerah Ikatan Remaja Muhammadiyah Kab. Pekalongan. Mahfudh Fauzi sebagai anggota Bidang HA, Andi Rusfianto sebagai anggota BUMI, Abdul Sukur (saya sendiri…) sebagai Ketua Bidang Apresiasi Seni dan Budaya, dan tentunya Gigih Setianto sebagai Ketua Pimpinan Daerah Ikatan Remaja Muhammadiyah Kab. Pekalongan. Tidak diragukan lagi kegigihannya dalam memimpin Pimpinan Daerah Ikatan Remaja Muhammadiyah Kab. Pekalongan bersama sekretaris PD IRM Kab. Pekalongan, Kharisma Tiarawati, dan teman-teman yang lain sehingga PD IRM Kab. Pekalongan berhasil menyabet beberapa prestasi membanggakan untuk tataran Jawa Tengah, bahkan Ketua Umum Pimpinan Pusat IPM, Moh. Mudzakkir, mengucapkan kesalutannya kepada PD IRM Kab. Pekalongan. Persis Sama gigihnya ketika dia berperang melawan jalanan untuk menimba ilmu di perguruan tinggi. Dia rela menempuh jarak 22 km tiap harinya untuk kuliah di STAIN Pekalongan, jarak yang cukup jauh untuk ukuran sepeda federal yang digenjot tiap harinya baik panas maupun hujan, sehat atau sakit. Dia amat setia pada sepeda federalnya itu, sampai-sampai ia tidak pernah naik angkot atau bonceng teman.
Selain setia pada sepeda federalnya, dia juga sangat setia kawan. Pernah satu ketika, saat persiapan kegiatan Pengkaderan Khusus Kemuhammadiyahan saya, Gigih dan Abdillah yang membagi undangan. Karena hanya 3 orang dan dua kendaraan, maka jalur selatan - barat saya yang pegang dan jalur utara- timur Abdillah dan Gigih yang pegang. Saya pulang lebih awal karena hanya dua surat saja yang saya antarkan, PC IRM Wonopringgo dan PC IRM Karanganyar, tapi tidak langsung pulang, melainkan mampir dulu dirumah Mahfudh Fauzi. Ternyata sampai disitu ban motor saya bocor, lantas saya sms dia, “bos ban e bocor kye !”, tak ada balasan saya pikir juga masih sibuk. Eh ternyata mencari saya dulu. Padahal bocornya kan nggak di jalan. Yah paling tidak itu bisa dijadikan contoh. Yang lain tentunya lebih banyak lagi.
Dari kecil dia memang cerdas. Kecerdasan itu tidak didapatnya dengan mudah. Ia cerdas karena rajin membaca. Bahkan Gigih Setianto yang ketua OSIS di SMPnya sekaligus juara kelas sempat hafal buku paket karena seringnya dibaca. Disamping itu, Bu Ukhrowiyah, guru Agama semasa SD (di SD Muhammadiyah Wonosari) mengatakan hal yang sama, bahwa Gigih adalah anak yang cerdas. Tak terkecuali Pak Jarkasi yang pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Wonosari, juga mengatakan hal itu. Kecerdasannya tidak hanya di SD, atau SMP saja, bahkan ia termasuk lulusan terbaik SMK N 3 Pekalongan (STM JOETEX) tahun 2005. Di STAIN pun demikian, nilainya selalu cumlaude meskipun disibukkan dengan organisasi tingkat Kabupaten.
Yah, dialah Gigih Setianto yang lahir pada hari Ahad, 26 Juli 1987, anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak M. Kuswani dan Ibu Nur Khayah. Semua hari yang ada memang baik, tapi ada keistimewaan tersendiri bagi orang yang lahir hari ahad. Dalam bahasa Inggris, Ahad disebut Sunday, atau kalau dikembalikan lagi kedalam bahasa Indonesia berarti hari matahari, maka tak heran Gigih Setianto mempunyai sifat-sifat matahari, menerangi dunia tanpa pilih bagian bumi mana yang harus disinari, pekerja keras, santun, berwibawa, setia, cerdas dan kebaikan-kebaikan lain yang belum sempat kuketahui. Ya…anak itu bernama Gigih. Nantikan episode ke-2 dengan cerita yang lebih canggih. Nyuwun pamit nggih, sanes wekdal mugi kepanggih.
Alas Kembang, 1 Rajab 1430 H @ 03:12 a.m.
tulisan ini telah diedit pada 5 Oktober 2023 12.09

Selasa, 23 Juni 2009

SO CONFUSED

“BOSAN JADI ORANG BAIK”

Baik buruk sebuah nilai, mungkin hanya sebatas kebiasaan saja. Seseorang yang telah terbiasa berbuat baik ketika melakukan suatu kebaikan tidak lagi dinilai sebagai kebaikan. Berbeda ketika orang jahat yang melakukan sebuah kebaikan, bisa jadi namanya di agung-agungkan kalau perlu di jadikan man of the year.
Tidak berbeda dengan perasaanku hari ini, jadi orang baik payah, selalu dimanfaatkan orang lain, terlalu sosial hingga yang terjadi malahan sok sial. Ketika banyak orang yang dengan tenang bekerja mendapatkan penghasilan, saya malah harus mengadakan sebuah kegiatan yang justru menguras tenaga, pikiran, dan uang. Entah mengapa selama ini saya merasa baik-baik saja. Mungkin karena saya tidak berpikir macam-macam. Hingga akhirnya pikiran yang bermacam-macampun mulai muncul. Apabila melihat ke belakang, berapa rupiah yang aku habiskan untuk kegiatan. Berapa waktu yang aku curahkan hingga meninggalkan order yang lumayan. Mungkin kalau dihitung-hitung aku sudah bisa membeli motor sendiri, membeli komputer sendiri, bahkan bisa nabung untuk persiapan nikah nanti…he. ^_”
Yah sekarang aku mulai memikirkan itu. Aku bertekad untuk menjadi orang egois, persetan dengan orang lain, persetan dengan masyarakat, toh mereka tidak pernah memikirkan aku.
Tapi…. Ada sesuatu yang mengganjal. Pertanyaan yang tak bisa aku jawab. Kapan aku pernah jadi orang baik? Kapan aku bermanfaat bagi orang lain? Kapan aku bermanfaat bagi masyarakat? Agaknya aku belum seperti itu, aku belumlah menjadi orang baik, kenapa mesti bosan jadi orang baik. Bahkan ketika aku memutuskan untuk berhenti jadi orang baik, aku merasa jadi orang yang paling jahat sedunia. Yah…karena sebelumnya aku memang sudah jahat. Aku sangatlah egois, melakukan sesuatu demi kesenanganku sendiri.
Kenapa mesti bosan jadi orang baik, sedangkan aku sendiri belumlah menjadi anak yang baik.

NB : Jangan pernah mencoba untuk berhenti menjadi orang baik, gak enak yakin.
Bersyukurlah kalau anda termasuk orang yang baik, bagi diri sendiri dan orang
lain, anda akan menuai buahnya segera.

RONA-RONA PART II

“TERPERANGKAP DI RUMAH TUHAN”
Apa jadinya bila orang yang demam bertemu dengan orang yang patah hati,tentu saja keduanya sama-sama sakit. Tapi sakit yang berbeda,satu sakit secara fisik, yang satu sakit secara psikologi, saya tidak bilang sakit jiwa loh. Yah hampir satu bulan saya merasakan demam, keinginannya macam-macam dari mulai roti tawar sampai apapun yang ditawarkan pinginnya saya makan, tapi apalah daya lidah orang demam rasanya pahit, maksudnya apapun makanan yang masuk ke mulut rasanya pahit juga. Pernah satu ketika saya pingin sate kambing muda, baru 2 tusuk sudah gak kuat, padahal biasanya tidak. Satu ketika juga pingin es buah gak peduli badan panas dan batuk-batuk, kalo sudah begitu demam dan batuknya tambah parah baru nyesel. Tapi tak ada kata sesal untuk sesuatu yang enak-enak….maksudnya ya es buah tadi.
Kemarin saya menemani cowok patah hati. Untuk mengusir bayangan adindanya ia lebih memilih melakukan kegiatan yang bermanfaat, interview dengan masyarakat tentang pelayanan publik, cukup ampuh untuk melupakan adindanya barang sejenak. Ya hal itu kami lakukan di desa Rogoselo, itung-itung refreshing, meskipun di sana saya juga tidak banyak membantu, bahkan tidak bisa membantu sama sekali, wong Cuma tidur saja, maklum demamnya belum sembuh. He…pulangnya es buah lagi. Hayo… kandani kok ngeyel, kelakuan!!!.
Belum puas rupanya, selepas pulang dari Rogoselo tadi cowok yang sedang patah hati menawariku sesuatu. Ayo mau apa lagi?, aku jawab aja. Jagung Rebus depan RSI Pekajangan. Ya sudah bakda maghrib langsung meluncur. Cowok itu memberiku uang 5 ribu. Waktu kutanya harga, seribu rupiah jawab penjualnya. Ya sudah saya beli 10. habis itu malah bingung le maem. Cari-cari tempat, akhirnya diputuskan maemnya di lapangan Bebekan saja (itu loh, sebelah stadion Manggala Krida, Bebekan Kedungwuni Pekalongan tempat konser maut Ungu yang menelan korban). Eh…sampai sana pas adzan Isya. Langsung deh masuk Masjid Al-Amin.
Masuk gerbang Al-Amin ponselku bergetar,maklum deringnya dah gak fungsi, ternyata Mbak Kus yang call. Langsung aku matiin, bukan apa-apa sih, gak enak nrima telpon di masjid apalagi waktu Isya. Ternyata tidak satu dua kali. Ya sudah, aku putuskan untuk mengangkatnya. Sementara si cowok patah hati menikmati jagung rebus terlebih dahulu kemudian solat berjamaah. Eh, dilayani nemen-nemen malah sangsaya ndadra. Mosok jama’ah dah pada turun gak mau di putus pembicaraane. Eman-eman kali ya…. Padahal dah tak bilangin kalo lampunya dah mulai dimatiin, artinya masjid segera ditutup. Yo wes akhire tak putus aja, tak tinggal solat.
Selepas itu…..haaaaa kok gerbangnya di gembok???? Paling-paling takmirnya masih di dalam pikirku. Tapi nyatanya dicari-cari gak ada juga. Yah terperangkap di masjid deh. Tapi ini justru kesempatan untuk makan jagung rebus dengan tenang.
“mbk, gbsa kluar. Gerbgnya dh dkunci” untuk mengusir kejenuhan akupun sms mbak kus.
“mf ya, gra2 kus pak gr jd kekunci. Trus njuk tidur d msjd?, mf ya seandiny kus mw dtnggl td. Kus emg egois”. Sms penyesalan dari mbak kus. Meskipun saya memanggilnya mbak, tapi dia menyebut dirinya Kus. Sepertinya gak mau dipanggil mbak, biar gak keliatan tua kaleee. Secara memang sebenernya kami selisih 5 bulan, tuaan aku lah. Cuman karena dia dianggap mbak oleh Ayu (baca: Ayumi Shinji) sayapun memanggil mbak juga.
“tng aj mbk, ini bntk prtlongn Tuhan kok. Dia tdk rela hambNy yg briman ikt2n
nongkrg d alun2”
“halah, gymu org kekurung d msjd ya kekurung. Njuk bilange pertolongn Tuhan. Preeet.. kelakuan”
“lhoh2 org bnr kok, tp sptny dngn nih n bkl jd sntpn nymk”
“tng ae Tuhan bkl ngrm bidadari utk nemenin xan tidur. 2 sxgus, biar yg stu gk ngiri”
“kandamu, d msjd lo mbk!”.
Gak kurang akal akhirnya sayapun tanya pada penjual lontong tahu. Ternyata dia tahu dan bersedia memanggilkan takmirnya.
Hmmmmgh….! Akhirnya datang juga. Pintu di buka, kamipun menyampaikan terima kasih.
“Kok ngantos di kunci pak?” apa jawabnya?
“OPO KON NGENTENI SAMPEYAN TURU?” dengan nada tinggi tentunya, Masya Allah, Takmir kok ada yang kayak gitu ya.
“Itulah, orang yang ahli ibadah tetapi tidak bisa bersosial. Hanya hubungan vertical saja tanpa dibarengi hubungan horizontal. Ini jelas tidak seimbang. Apa tidak ada cara lain? Misalnya memberi peringatan bahwa masjid akan segera di tutup, atau sabar menunggu lah barang sejenak. Saya takut Allah murka kepadanya”. Kata cowok patah hati tadi
Kalau demikian adanya justru saya yang merasa takut, dengan alasan disaat yang lain solat berjamaah, saya justru asik ngobrol sama mbak Kus, disamping itu sudah berprasangka buruk dengan Takmir tadi.
Yah….nggak lagi-lagi deh solat di masjid Al-Amin. Kapok...!

Bebekan, 13 Mei 2009

NB : Pak Takmir, bapak kan sebagai Takmir Masjid Al-Amin. Mohon lebih santun lah
terhadap tamu Allah. Maafkan kami kalo telah membuat bapak repot.
https://usk-pekalongan.blogspot.co.id/2013/07/masjid-al-amin-bebekan-lap-gemek.html

PAK CIK

“Semua gambar diawali dari sebuah titik” Pak Cik aku memanggilnya, bukan sebutan paman dalam Bahasa Melayu. Beliau adalah Pak Mucikno, Gur...