Minggu, 12 Juni 2011

SERIAL METHA : REMBULAN

REMBULAN

Malam ini bulan begitu bundar sempurna, sampai-sampai bintangpun dibuat tak bercahaya. Metha masih merenung di teras, sesekali bertanya pada diri sendiri. “sebenarnya yang membuat bintang terang itu kegelapan atau bintang itu sendiri?”
Metha sadar bahwa selama ini Metha salah karena menganggap dirinya paling cantik, karena selama itu pula metha bergaul sama cewek-cewek yang dibawah rata-rata.
Methana Okta Qomariyah, nama itu diambil dari susunan kimia. Kata papanya yang guru IPA sih methane artinya satu, okta artinya delapan dan qomariyah artinya bulan. Kira-kira artinya sih metha lahir tanggal satu bulan satu setelah ngendon di rahim ibu selama 8 bulan. Memang Metha lahir 1 bulan 14 hari lebih awal dari waktu yang diperkirakan oleh dokter. Namanya juga manusia, jadi wajar saja hitungannya meleset. Mungkin karena itu juga metha menjadi anak yang sangat manja, karena kurang puas di rahim ibu.
Sekarang Metha sudah kelas 1 SMA, teman-temannya banyak yang cantik, bahkan lebih cantik dari Metha. Hal itulah yang membuat Metha banyak merenung sekarang atau mungkin juga kedewasaan metha mulai terasah. Metha telah terbiasa menerima pujian sewaktu SMP karena kencantikannya. Maklum ibunya ahli tata rias. Otomatis kondisi tersebut membuat metha jatuh pede.
“Meth….Hidup tuh harus punya tujuan dan kekecewaan. Tujuan akan menuntun hidupmu, dan kekecewaan anggap saja sebagai batu sandungan atau duri merintang di jalanan. Hidup tanpa kekecewaan jelas tidak mungkin, tapi sedapat mungkin kita bisa mengurangi kekecewaan itu”.
“Metha.. kebahagiaan itu bukan fakta, tapi kehendak. Kebahagiaan itu kamu sendiri yang bikin, bukan orang lain, mungkin kamu berfikir punya wajah cantik adalah sumber kebahagiaan mu, tapi kamu mesti sadar bahwa kecantikan itu tak akan abadi”.
“aku ingin seperti bulan…!”
“kenapa?”
“lihatlah,…cahaya bulan bisa mengalahkan bintang”
“lalu?”
“aku ingin jadi ratu kecantikan”
“aduh Metha, kamu tuh kayak anak kecil aja, sekarang tuh bulan udah nggak indah, eh bukannya bulan yang nggak indah ding, tapi semenjak Neil Armstrong berpijak di bulan yang kemudian dengar suara adzan, itu loh seperti di lagu Nasyidaria jaman simbah kita dulu. Dibuktikan bahwa bulan tuh gersang, bergunung-gunung, emang mau dibilang cantik bagai bulan? “
“ih mbak bukan nya ndukung malah jelek-jelekin, mbak aja yang kurang terasah falsafah”
“maksud kamu?”
“soalnya sekarangkan lagi marak-maraknya orang ngomongin inner beauty, nah bulan itu punya inner beauty..!”
“seperti apa coba?”
‘bulan mampu menerangi bumi tanpa harus menyertakan panasnya. Coba kalau bulan sepanas matahari. Menyiksa bangetkan?”
“iya…iya…terus?”
“terus bulan itu gak sombong, dia gak pamer kecantikannya tiap malam, tahukan purnama gak setiap hari”
“cocok…!”
“Metha…”
“apanya?”
“pendapat Metha kan?”
“yeee pede. Maksud aku bulan tuh kayak kamu, bukannya nggak sombong tapi krisis pede”
“kok bisa?”
Yaeya lah, coba kalo bulannya pede, pasti nongol tiap malam. Tapi serkarang bulannya udah nggak pede lagi, yang biasanya keluar malam, eh sekarang malah bengong.” Kata Mery dengan nada sedikit nyindir karena Metha tuh sering keluar malem, ijinnya sih ngaji atau belajar bersama, taunya mejeng.

Serial Metha;2003

PAK CIK

“Semua gambar diawali dari sebuah titik” Pak Cik aku memanggilnya, bukan sebutan paman dalam Bahasa Melayu. Beliau adalah Pak Mucikno, Gur...