Senin, 26 September 2022

KAWAH CANDRADIMUKA


 

Bertepatan putusnya tali pusat Gatotkaca

Kayangan Junggring Saloka terjadi gempa

Patih Sekipu memporakporandakan Saloka

Sebab lamarannya ditolak oleh Hyang Girinata

Untuk mempersunting  Dewi Supraba

 

Terjadi perang antara para Dewa

Melawan Sekipu dan sekutunya

Semua Dewa kalah

Kanekaputrapun menyerah

 

Diaturlah siasat

Perkawinan diadakan pada Selasa Kliwat

 

Patih Sekipu gembira

Lamarannya diterima

Tinggal menunggu sampai Selasa

Diluar gerbang Jungging saloka

 

Kanekaputra turun ke Arcapada

Meminjam bayi Tetuka Sang Gatotkaca

Dimasukkan ke Kawah Candradimuka

Segala macam senjata jadi bumbunya

 

Tetiba saja Gatotkaca jadi remaja

Bingung akan jatidirinya

Siapa dan dimana orangtuanya

 

Kanekaputra menjawab

Engkaulah Gatotkaca

Putra Bima dari negeri Amarta

 

Sekipu menagih janji

Lidah Kanekaputra bersilat

Tak ada hari Selasa Kliwat

Yang ada hari Selasa Kliwon

 

Waton

Janji Kanekaputra hanya omong kosong

Sekipu naik pitam

Jungring Saloka awut-awutan

Gatotkaca turun gelanggang

Mereka saling serang

 

Patih Sekipu dapat dikalahkan

Prajuritnya lari tungganglanggang

Gatotkaca kembali ke Amarta

Menduduki jabatan Panglima Perang

GATOTKACA


 

Arimbi melahirkan seorang bayi

tali pusatnya anti senjata seluruh negeri

tombak pedang gobang tak dapat melukai

bahkan keris Permadi Pulanggeni 

 

atas petunjuk Hyang Wisesa

Permadi bermaksud menghadap Hyang Girinata

mohon dipinjami senjata

untuk memotong tali pusat keponakannya

 

niatnya diketahui Suryatmaja

dengan wajah yang sama 

mendahului menghadap Girinata

memohon senjata Kunta

 

Kanekaputra mengabulkan

senjata Kunta diserahkan

suryatmaja gembira

berhasil mengelabuinya

 

selang beberapa menit suryatmaja pamit

Permadi datang dengan maksud yang sama

Kaenakaputra salah pandang

suryatmajalah yang pertama datang

 

Permadi meninggalkan kayangan

Suryatmaja dapat terkejar

berebut senjata Kunta

Permadi hanya mendapatkan sarungnya

 

singkat cerita

terpotonglah tali pusat

sarung Kunta langsung terserap

masuk ke perut Gatotkaca

 

kelak saat perang Baratayudha

senjata Kunta mencari sarungnya

menuju perut Gatotkaca

penyebab Gatotkaca pralaya

WAHYU PANUNTUN


 

Dursasana bertapa

di bawah pohon besar

Hutan Trikbasara

 

di tengah semedinya

Batara Wulandarma menemuinya

 

Dursasana senang bukan kepalang

bertanya apa saja yang jadi pantangan

setelah Wahyu panuntun diterima

pantang menyentuh bayi dan wanita

 

Dursasana melepas pandang

tampak dari jauh wanita datang

gadis cantik kulit kuning dan leher jenjang

hati Dursasana menjadi bimbang

 

dikejarnya gadis itu

dilupakannya Wahyu yang baru menyatu

Dursasana tergoda

Wahyu panuntun terlupa

 

Wahyu panuntun pindah raga

menuju Werkudara yang juga bertapa

godaan wanita tak dihiraukan

Werkudara lulus ujian

 

Werkudara berkunjung ke Madukara

saat Sumbadra melahirkan seorang putra

melihat Abimanyu bayi yang lucu

menarik hati untuk memangku

 

seketika Wahyu panuntun lepas

masuk ke raga Abimanyu dengan bebas

PANAKAWAN


 

Sahabat yang arif bijaksana

jumlahnya empat orang

Semar Gareng

Petruk Bagong

 

mereka abdi Pandawa

pengabdiannya tulus ikhlas

tanpa mengharap imbalan

tidak menjilat untuk mendapat kedudukan

 

Semar lambangnya budi

selalu merendah layaknya abdi

bertekad bulat

kata-katanya penuh nasihat

 

Nala Gareng lambang rasional

mengedepankan logika bukan perasaan

pola pikirnya terbuka

berpihak pada kebenaran yang nyata

 

Petruk lambangnya rasa

ramah tamah dan suka tertawa

berjiwa sabar tak tergesa-gesa

selalu riang dan gembira

 

Bagong anak Semar yang termuda

lambang kehendak atau karsa

kemauannya keras

tak mau mengalah sampai tuntas

 

Panakawan tak sebagus para Ksatria

namun pepatah berkata

giri lusi janma tan kena ina

buruk rupa tapi jangan dianggap hina

BUTA CAKIL


 

Dalam hidup ada gelap terang

sedih senang kalah menang

laki-laki dan perempuan 

dua sisi yang selalu berdampingan

 

Raksasa melawan ksatria

lambang kejahatan dan kebaikan

sebagaimana Cakil yang berwujud buta

melawan ksatria bernama Arjuna

 

Dalam perang Kusumayudha

terdapat empat raksasa

Buta Cakil raksasa kuning lambang serakah

Buta Rambut Geni raksasa merah lambang amarah

Buta pragalba raksasa hitam lambang nafsu jahat

Buta Galiuk raksasa hijau lambang pengecut

 

Cakil melawan Arjuna menggunakan senjata

keris Luk 29 yang besar dan panjang

pertarungan tidaklah seimbang

Arjuna dengan mudah menghindari serangan

 

Buta Cakil akhirnya mati 

karena kerisnya sendiri

sebagaimana keserakahan 

membinasakan empunya 

SANG HYANG TUNGGAL


 

Kisah wayang sengaja dibuat tak sempurna

karena hanya satu Yang Maha Sempurna

Pencipta jagad raya dan segala isinya

 

Sang Hyang Tunggal

bukanlah Yang Maha Esa

karena Yang Esa

tak beranak dan berbapa

 

Dewi Rekathawati istri Hyang Tunggal

tengah hamil dan melahirkan sebutir telur

Sang Hyang Tunggal malu

dibuang lah telur itu jauh-jauh

 

Telur pecah terpisah jadi tiga

kulitnya menjelma Tejamaya

putihnya menjelma Ismaya

kuningnya menjelma Manikmaya

seandainya ada yang merah muda

mungkin menjelma Lukamaya

 

Ketiganya ksatria kembar bagus rupanya

kelak jagad raya akan diwariskan

kepada salah satu diantaranya

 

Tejamaya dan Ismaya berdebat

keduanya merasa yang paling hebat

melihat sebuah gunung mereka sepakat

barang siapa mampu menelannya

dialah yang berhak atas jagad raya

 

Tejamaya mencoba

gunung tak mampu ditelannya

mulutnya robek giginya rontog

jadilah ia Togog

 

Ismaya juga mencoba

diambilnya sedikit demi sedikit

hingga gunung masuk ke perut

namun tak bisa keluar

hingga perutnya membesar

jadilah ia Semar

 

Sang Hyang Tunggal mewariskan jagad raya

kepada Manikmaya

 

Manikmaya bangga

merasa yang paling sempurna

 

Sang Hyang Tunggal murka

dikutuklah lemah kakinya

belang lehernya

dan empat tangannya

 

Ketiganya sadar

Tak ada yang sempurna di dunia

tiap manusia mempunyai cela

atas kuasaNya ada yang terlihat

ada pula yang ditutup rapat

AMERTA


 

adalah Wilayah Wiratha yang dikelola Pandawa

awalnya bernama Wanamerta

artinya rimba nista

tempat jin buang anak

dihuni para raksasa setan dan sejenisnya

 

tempat wingit tiada tara

tak ada yang berani ke sana 

apalagi mengelolanya

dan menjadikannya sebuah negara

 

kecuali Pandawa

dengan semangat empat lima

bertekad babat alas Merta

 

satu persatu pohon ditumbangkan

dijadikan bahan bangunan

tanah diratakan

dijadikan pusat pemerintahan

 

Raja Jin marah

Bimapun dirayah

pasrah

 

Arjuna membawa Jayengkatonnya

serupa kacamata inframerah

atau visor tembus pandang

untuk melihat makhluk astral

 

datanglah Arimbi berwujud raseksi

kepada Bima ia menaruh hati

Bima tak sudi

lalu menyuruhnya pergi

 

Arimbi tak beranjak

meski ditendang dan diinjak

tak sedikitpun berteriak

hanya tertawa merasakan enak

 

Puntadewa berkata

Arimbi gadis yang sakti

terimalah cintanya

untuk membantu babat alas mertani

 

Usai sudah babat Wanamerta

lalu diubah jadi Amerta

yang berarti tiada nista

DEWI RARA IRENG


 

Gadis cilik yang tidak menarik

berkulit hitam berambut pirang

ketika dewasa semakin mempesona

rambutnya hitam legam

kulitnya kuning duku

seperti Batara Wisnu

 

Senyum manisnya selalu terpasang

padamkan amarah setiap orang

bahasanya tak terlalu halus

namun terasa sangat tulus

 

suatu ketika kerajaan Madura

diserang Raden Kangsa

Dewi Rara Ireng mengungsi

jatuh ke jurang seorang diri

 

Dalam situasi gawat

ditolong Ksatria hebat

namanya Raden Permadi

Dewi Rara Ireng dijadikan istri

 

Rara Ireng disebut juga Wara Sembadra

Raden Permadi disebut juga Arjuna

dari perkawinannya lahir seorang putra

Raden Abimanyu namanya

 

Kelak lahir juga seorang cucu

Parikesit putra Abimanyu

pewaris tahta Astina

selepas Perang Baratayudha

PAK CIK

“Semua gambar diawali dari sebuah titik” Pak Cik aku memanggilnya, bukan sebutan paman dalam Bahasa Melayu. Beliau adalah Pak Mucikno, Gur...