Kamis, 14 April 2011

TUGAS UT : PEMBELAJARAN BERWAWASAN KEMASYARAKATAN

KEGIATAN BELAJAR 1
Pandangan Kritik Sosial dalam Pembelajaran
(Teori Belajar Humanistik)

A. Teori Belajar Humanistik
Teori humanistik berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan asal tujuannya untuk memanusiakan manusia, maksudnya mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.
a. Pandangan Kolb terhadap Belajar
Kolb membagi tahap-tahap belajar menjadi empat tahap, yaitu :
1. Tahap Pengalaman Konkret
Seseorang dapat melihat, merasakan dan menceritakan peristiwa sesuai yang dialaminya, tapi belum dapat memahami serta menjelaskan bagaimana peristiwa itu terjadi.
2. Tahap pengamatan aktif dan reflektif
Pada tahap ini seseorang mulai mengamati dan mencari jawaban bagaimana hal itu bias terjadi dan mengapa mesti terjadi.
3. Tahap konseptualisasi
Pada tahap ini, seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep, atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek perhatiannya.
4. Tahap eksperimentasi aktif
Seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan kedalam situasi nyata.

b. Pandangan Honey dan Mumford terhadap Belajar
Mereka menggolongkan orang yang belajar kedalam empat kelompok
1. Kelompok aktivis (senang berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan untuk mendapatkan pengalaman baru)
2. Kelompok reflector ( cenderung konservatif, penuh pertimbangan )
3. Kelompok teoris (kritis, rasional, tegas, teguh pendirian)
4. Kelompok pragmatis (praktis, sesuatu bermanfaat jika dapat dipraktekkan)
5.
c. Pandangan Habermas Terhadap Belajar
Habermas membagi tipe belajar dalam 3 bagian
1. Belajar teknis (alam)
2. Belajar praktis (social)
3. Belajar emansipatoris (budaya)

Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan teori
humanistis
a. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
b. Menentukan materi pelajaran
c. Mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik
d. Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif
e. Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran
f. Membimbing siswa belajar secara aktif
g. Membimbing siswa untuk memahami hakikat atau makna dari pengalaman belajarnya
h. Membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya
i. Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke dalam situasi nyata
j. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.


KEGIATAN BELAJAR 2
Pandangan Progresif dalam Pembelajaran

Dewey menyebutkan bahwa terdapat tiga tingkatan kegiatan yang biasa dipergunakan di sekolah.
I. Pendidikan pra sekolah, diperlukan latihan berkenaan dengan pengembangan kemampuan panca indera dan pengembangan koordinasi fisik.
II. Menggunakan bahan belajar dari lingkungan untuk merangsang minat belajar anak agar mampu membangun, mencoba, dan mengembangkan kreatifitas.
III. Anak menemukan ide, mengujinya dan menggunakan ide-ide tersebut untuk memecahkan masalah yang sama.

Terdapat lima prinsip pendidikan progresif, yaitu:
1. Berikan kebebasan kepada anak untuk berkembang secara alamiah
2. Minat dan pengalaman langsung merupakan rangsangan yang paling baik untuk belajar
3. Guru memiliki peran sebagai nara sumber dan pembimbing kegiatan belajar
4. Mengembangkan kerjasama antara sekolah dengan keluarga
5. Sekolah menjadi laboratorium reformasi dan pengujian pendidikan


KEGIATAN BELAJAR 3
Pandangan Sosiokultural Konstruktivis
dalam Pendidikan

A. PANDANGAN SOSIOKULTURAL KONSTRUKTIVIS OLEH VYGOTSKY
Revolusi konstruktivis memiliki akar kuat di dalam sejarah pendidikan. Konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky. Mereka menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi baru.
Teori konstruktivis modern terbagi atas empat prinsip kunci, yaitu:
1. Penekanannya pada hakikat social dari pembelajaran
2. Ide bahwa belajar yang paling baik apabila konsep itu berada
dalam zona perkembangan mereka
3. Ada penekanan pada keduanya yaitu hakikat social dari
belajar dan zona perkembangan terdekat yang dinamakan
dengan pemagangan kognitif
4. Pada proses pembelajaran menekankan kemandirian atau
belajar menggunakan multimedia.

Von Galserfeld mengemukakan beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengontruksi pengetahuan, yaitu (1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, (2) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, dan (3) kemampuan untuk menyukai suatu pengalaman yang satu daripada yang lainnya.
Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengontruksi pengetahuan yang baru.
Guru memiliki peran membantu agar proses pengontruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak mentransfer pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.
Pendekatan Vygotsky menganjurkan pengetesan lapisan bawah dan atas zona itu sehingga guru mengetahui tentang tingkat status da kemampuan normal siswa saat ini disamping juga berapa banyak siswa itu mendapatkan manfaat dari jenis-jenis bantuan tertentu.


KEGIATAN BELAJAR 4
Pandangan Ki Hadjar Dewantoro
Terhadap Pendidikan

A. Pandangan Ki Hadjar Dewantoro
Pendidikan adalah upaya untuk memerdekakan manusia dalam arti bahwa menjadi manusia yang mandiri, agar tidak tergantung kepada orang lain baik lahir maupun batin.
Lahirnya pendidikan Taman Siswa diilhami oleh pendidikan barat yang tidak menyelesaikan masalah peningkatan masalah sumberdaya manusia saat itu. Pendidikan barat memiliki cirri ; perintah, hukuman, dan ketertban. Hal ini termasuk perkosaan terhadapkehidupan batin anak-anak. Oleh karena itu, tidak heran bila hasil pendidikan barat melahirkan anak dengan budi pekerti yang rusak.
Beberapa falsafah yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantoro berkenaan dengan pendidikan:
1. Segala alat, usaha dan juga cara pedidika harus sesuai
dengan kodratnya
2. Kodratnya itu tersimpan dalam adat istiadat setiap masyarakat
dengan berbagai kekhasan yang bertujuan untuk mencapai
hidup tertib dan damai
3. Adat istiadat sifatnya dinamis
4. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat saat ini diperlukan kajian Mendalam tentang kehidupan masyarakat tersebut dimasa lampau, sehingga dapat diprekdisi kehidupan yang akan dating pada masyarakat tersebut.
5. Perkembangan budaya masyarakkat akan dipengaruhi oleh
unsure-unsur lain, hal ini terjadi Karena terjadinya pergaulan
antar bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PAK CIK

“Semua gambar diawali dari sebuah titik” Pak Cik aku memanggilnya, bukan sebutan paman dalam Bahasa Melayu. Beliau adalah Pak Mucikno, Gur...