Jumat, 17 November 2017

BINTANG TANPA LANGIT


Apa kau merasa sepi

Kurasa tidak

Bahkan disekelilingmu riuh riang anak

Apa kau lelah

Tidak juga

Bintang-bintang kecilmu kulihat selalu ceria

Mungkinkah ada yang hilang darimu

Langit-langitmu

Langitmu

Atau angkasa raya


Memang kau tak pernah bicara

Tapi aksara yang kau tulis dibaca dunia

Keluh tak kan menghapus peluh

Lekaslah susul angkasamu

17/11/17.00.23

Sabtu, 23 September 2017

PETUAH UNTUK EL

Apa manfaat buku bila tak dibaca?

hanya sebagai pajangan yang tak kekal.

El, kau pikir buku membuatmu kekal?

Pikirkanlah, tulisan yang membuatmu abadi!

Kau pikir membaca membuatmu tahu segalanya?

Keluarlah, temukan duniamu yang nyata!

Hidup ini tak sekadar susunan teori

kau mesti membuktikan atau mematahkannya

bila perlu kau susun teori baru sesuai zamanmu.

Biar anak cucumu yang membuktikan atau mematahkan

begitu seterusnya

Rabu, 20 September 2017

DAUN SURGAWI


Semakin aku tak paham

Akan arti bergugurnya

daun surgawi

Yang mereka bakar dan hisap asapnya

Kemudian

terbang ke awan

Lalu

Ikut gugur

Dalam kesia-siaan

DOC.2003

IRIAN JAYA


Kau pikir cinta terpisah oleh maut

Bukankah malah saling terpaut

Seperti halnya ribuan pulau nusantara

Lautlah yang jadi pemersatunya

Masih ingat juanda dengan deklarasinya?

Irian barat yang jadi irian jaya

Irian sekarang jadi papua

Padahal

Irian lebih banyak makna

Ikut Republik Indonesia Anti Netherland

DOC.2015

19


Lain dari kemarin

Aku tak bisa mengusir sepi dari malam ini

Ah biarin

Biar saja sesekali sepi menghampiri

Agar aku rasakan berartinya hadirmu disini

Ah tapi aku tak begitu mikirin

Ya jahe mix robusta memaksaku tetap terjaga

Padahal kerja telah usai sejak lama

Mungkin karena ada yang beda dari biasanya

Tentang blogspot

Gmail

Dan angka 19

Yang hampir-hampir locus of controlku lepas

Angka 19 yang ia tanyakan

Kebetulan banyak persamaan

Rasanya ada sesal, jawabku terlalu jujur

Mestinya aku jawab biar sama

Tapi takut kenapa-napa

Takut kalau-kalau dia lari: menjauh – mendekat

Karena aku ingin biasa saja

Hingga saatnya tiba

Tiba-tiba ia berhenti

Diam

Tanpa kata

Tanpa tanya

LAIN


Benarkah cerita anak-anak tentang layang-layang yang hendak kau kirim? Benarkah gurauanmu yang kau candakan bersamaku kemarin?

Aku tak berani memimpikan hal itu. Sekedar berbincang saja aku malu. Apa aku sedang berubah jadi aku yang lain?

Semestinya kamu ada, bersamaku, satukan aku. Tapi mengapa kehadiranmu justru membuatku terpisah? Jadi aku dan aku yang lain.

Dimana keakuan ku yang seaku-akunya?

Aku tak menyalahkanmu, mungkin saja aku tidak benar-benar menyukaimu,

Karena kamu telah menjadi kamu yang lain

DOC.2005/2006

BOTOL KECAP


jatuh dari rak atas bukan tanpa sebab ia terjerembab karena tutup yang berat menimpa gelas piring dan tutup kendil botol kecap telah kosong ... tak perlu bermimpi menempati rak tertinggi bisa dipastikan nanti jatuh lagi biar tak goyah, perlu diisi isilah manfaatkanlah bila tidak jadilah sampah mungkin masih bermanfaat bgi pemulung

Rabu, 13 September 2017

BAJA

“Sekuat – kuatnya baja, akhirnya patah juga”

Hari itu ada penjual arit dan alat pertukangan mampir di sekolahan. Saya tidak begitu tertarik karena biasanya barang yang di iderkan harganya lebih mahal dari harga pasar. Kalaupun lebih mahal sebetulnya sih tidak terlalu, karena kita dimudahkan tanpa meluangkan waktu dan biaya transportasi serta parkir ketika harus ke pasar. Namun saya berubah pikiran ketika pedagang menawarkan harga 25 ribu rupiah, menurut saya itu harga sudah murah dibanding harga pasaran yang 35ribu rupiah, belum lagi biaya lain-lain yang harus dikeluarkan apabila beli di pasar.

Saya memilih satu arit bagong untuk menebas semak-semak karena memang saya belum punya. Sedangkan arit biasa untuk potong rumput saya sudah punya. Saya pilih yang gagangnya kayu keras, karena yang di jual di pasar kelemahannya ada pada gagangnya, sering pecah. Akhirnya saya putuskan beli satu dengan gagang kayu jati. Saya coba menyayat ke punggung arit lain yang ada di sekolah, luar biasa, semuanya tergores namun arit yang ada di sekolah saya coba goreskan di arit yang saya beli tidak tergores sedikitpun. Saya bayar dengan harga pas tanpa menawar.

Sesampainya di rumah, saya coba babat semak di kebun. Ternyata tidak setajam yang saya perkirakan, maklum masih baru belum diasah ulang. Saya asah setajam-tajamnya saya coba untuk memotong kayu yang lebih keras, bahkan ujungnya sempat mengenai batu, namun tidak bengkok sedikitpun. Benar-benar kuat arit ini. Padahal arit yang saya punya ketika kena batu sedikit saja sudah bengkok. Lalu saya coba untuk memotong bambu. Dalam waktu singkat patah, bukan bambunya, tapi aritnya.

Ternyata sekuat-kuat baja akhirnya patah juga, justru ketika memotong bamboo, bukan batu yang sama-sama kerasnya.

Doro, 11 September 2017

Rabu, 06 September 2017

KOLEKTIF KOLEGIAL

“Kalo cuman elo yang aktif, elo juga yang bakal ketiban sial”

Malem ini sebetulnya gue udah ngantuk, lampu udah gue matiin, tinggal nge-off-in mata; merem. Belom sempet gue merem, terdengar ketukan dan salam, gue jawab lalu gue persilain masuk. Ternyata dua adekku nganterin undangan, ada pesta katanya. Ya pesta dua tahunan yang gue sendiri pernah jadi ketua panitianya. Agendanya bulan ini, tinggal beberapa hari lagi, sebenernya sih gue keberatan coz dah punya agenda di tanggal yang sama. Namun, bagaimanapun juga gue pernah menjadi bagian dalam pesta itu, ngerasain susahnya jadi panitia. waktu rapat yang dateng cuman empat. Kalopun sampe sebelas, amblas satu persatu hingga tinggal tujuh, itu jumlah maksimal.

Sedikit ngenang masa taon 2008an, ngomongin panjang, lebar, luas, tinggi, dan isi. Panjang jalan yang mesti ditempuh para aktivis, kadang kagak nyadar tubuh dan isi kantong kian menipis. Mesti lebar pantat nungguin temen mo molai rapat, belom datang udah bilang telat, rapat jam satu datang jam empat, gimana kagak lebar nih pantat. Luas, elu-elu pade kudu awas, kudu punya agenda pribadi sebelom pribadimu diagendakan, yakin yang namanya organisasi kagak ada ngetemnya, justru ngetemnya tuh kebanyakan karena nungguin temen-temen yang pada mau rapat. Waktu rapat nih biasanya yang dibicarakan tinggi-tinggi sekali kiri-kanan nggak liat-liat lalu jatuh ke jurang (kayak lagu naik-naik ke puncak gunung aja ya?) ya emang gitu sih, maklum darah muda darahnya para remaja yang selalu merasa gagah tampil di muka bilangnya ogah (sembari bersenandung kidungnya Wak Haji Oma Irama). Lah kalo kayak gini gimana visi yang tinggi bakal tercapai? Okelah gak usah tinggi-tinggi yang penting berisi, kalo gini tumbuh ke atas apa ke samping? Apapun bolehlah yang penting pas ada kegiatan jangan menyamping, orang jawa bilang “Melu keplok ora melu tombok”. Ternyata apa yang gue rasain juga dirasain oleh adek-adek gue. Gak iklas kali ye! Iklas gak iklas, coba bayangin. Yang punya organisasi pelajar, anggotanya pelajar, yang merancang program juga pelajar, bisa-bisanya waktu semesteran malah mikirin rapat kegiatan, gak heran kalo dulu ada plesetan IRM (Ikatan Remidi Matematika), hahaha. Kalo gue sih matematika gak pernah remidi, maklum gue anak IPS, mo ambil computer takut kesetrum. Nah ini nih yang bikin kolektif kolegial gak berjalan gimana mestinya. Biasanya yang aktif mesti terlibat dalam setiap program bidang meski bukan bidangnya sendiri. Kalo tidak terlihat mesti dicurigai, udah molai mementingkan diri sendiri, gak loyal lagi, gak setia sumpah janji pas pelantikan, kudu mentingin organisasi di atas kepentingan pribadi dan golongan, what? Lo kira organisasi penjara baru? Organisasi tuh memerdekakan, bukan membelenggu. Meringankan, bukan merongrong keuangan. Menggembirakan, bukan menggeringkan badan, maklum kebayang dulu beratnya cuman 35Kg, Alhamdulillah sekarang udah nambah, 45Kg sudah, namun selalu ditolak kalo mo donor darah).

So, kalo cuman elo yang aktif, elo juga yang ketiban sial, bukan kolektif kolegial namanya. Kolektif kolegial gak sekadar pimpinan yang aktif, elo-elo pade para anggota juga kudu aktif, pan elo juga yang milih pimpinan. Jadi kagak ada lagi peribahasa “ringan sama dijinjing, berat elo yang pikul”. Udah saatnya kite serukan “ Bersatu kita teguh, bercerai jangan sampai!” (nyarinya lagi susah soalnya, hehe).

Dimanapun jari ini melompat, antara pertengahan Desember 2016 – 6 September 2017 (00:44)

*) sorry, sengaja keluar dari pakem Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jadi tidak patut ditiru ya!

KACAMATA TEMBUS PANDANG


“Pada saat tertentu kita perlu menutup mata kepala, mengoptimalkan indera bathin dan kekuatan pikiran untuk menemukan jalan yang sesungguhnya (Abdul Mubarok - Founder Omah Cendekia)”

Abdul Mubarok, Founder Omah Cendekia dan Sap7a Warna Plakat dan Trophy adalah teman saya semasa di Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) (sekarang IPM). Pertama kenal ketika PD IRM Kabupaten Pekalongan menjadi tuan rumah Musyawarah Wilayah Ikatan Remaja Muhammadiyah Jawa Tengah. Mas Barok begitu sapaan akrabnya menjadi sekretaris eksekutifnya mas Nasyith yang jadi Ketua Panitia Penyelenggaranya. Dia kelihatan lebih tua dari usianya, dengan rambut gondrong sebahu, kumis khas Alejandro Zorro. Ah hampir-hampir seperti Bang Iwan Fals waktu muda. Mas Barok ini gudangnya sulapan dan cerita lucu, di sela-sela istirahat kegiatan IRM selalu saja ada cerita lucu.

Alkisah di Negeri Antah barantah hiduplah seorang cewek yang malu punya pacar pelo, gak bisa bilang R. Sudah berkali-kali ia dibuat malu oleh kekasihnya yang tidak bisa bilang R. Maka untuk menghindari huruf R mereka mesti diskusi dulu ketika mau melakukan sesuatu. Urusan makan misalnya paling pesannya bakso, soto, mie ayam, teh manis, kopi susu, pokoknya yang tidak ada huruf Rnya.

Tapi lain dari biasanya, malam ini si cewek mau nasi goreng. Sang cowok mesti menghafal dulu, sambil jalan sembari berbisik nasi gorrrrreng, nasi gorrrreng, nasi gorrrreng. Sampai di tempat sang cowok pesan “nasi gorrrreng 2 Bang!”, si cewek tersenyum melihat perubahan sang cowok yang sudah mulai bisa bilang R. “Minumnya Mas?” Tanya Abang Nasgornya. “Es Jeyuk”. “Arrrrgghhhh!” si Cewek Histeris “Kita putus!”.

Kita memang tak pernah menduga apa yang akan terjadi nanti, meskipun kita telah berusaha mempersiapkannya sejak awal. Tidak ada manusia yang sempurna, pun tak ada manusia yang selalu salah. Pada saat tertentu kita perlu menutup mata kepala, mengoptimalkan indera bathin dan kekuatan pikiran untuk menemukan jalan yang sesungguhnya. Tak perlu kacamata tembus pandang yang bisa melihat jauh ke depan tanpa terhalang. Bisa jadi halangan yang ada di depan mata justru tidak terlihat, yang membuat kita tersandung, jatuh, dan terjatuh lagi.

Kamis, 17 Agustus 2017

DINAMIKA

Selama hidup ada terang dan redup. Sukses dan gagal gembira dan sedih. Ketika redup, bukan malah ditutup agar tidak kelihatan. Begitu pula gagal bukan untuk dibenamkan agar orang tidak tahu bahwa diri ini gagal, bukan pula untuk dipamerkan. Gagal ya gagal saja bukan kesuksesan yang tertunda. Kesuksesan akan diraih bila bangkit dari keterpurukan, keberanian untuk jatuh dan bangkit, putus asa dan harapan, membuat kita jadi manusia seutuhnya, bukan sekadar segenggam tanah, setetes nutfah,dan segumpal darah.

Sabtu, 27 Mei 2017

AMAL

ada yang diam-diam
ada yang terang-terangan
adapula yang diam-diam tidak beramal


Rabu, 18 Januari 2017

COWOK BLORA

Ceritamu tentang Sri
mengingatkanku pada suatu masa
usia tujuh belas yang bebas memilah
dan memilih hati

tentu saja bagi sebagian remaja pada umumnya
namun bagiku tidak
meski hatiku juga punya pilihan
namun tetap aku tahan
dan kau tahu
saat yang seseorang yang ku pilih lebih memilih temanku
sakitnya sungguh luar biasa

Aku cowok blora
pantang bagiku untuk merana

hingga datang suatu waktu
dua Sri mengejarku
lalu terjatuh
sementara aku lari menjauh

Aku cowok blora
jomBLO RA nguati haha

Sudahlah
akhirnya Sri juga yang menjatuhkan hatiku
dan aku mantapkan untuk memilihnya
namun tetap saja aku berusaha menahan diri
tidak mengatakannya hingga saatnya tiba
tiba-tiba ia lebih memilih temanku juga

Sri terserah kamu sajalah
lagipula aku masih kuat jadi cowok blora
jomBLO RA nguati haha

Ah Sri
ternyata kamu memang baik hati
kau perkenalkan teman terbaikmu
yang sekarang menjadi istriku

SANITASI MEMORI

Memoriku mengalir
Seiring malam yang kian lingsir

Baru kusadari ternyata dulu kita pernah begitu dekat
Saling tukar pendapat hingga curhat

Mengapa kita tak bersatu saja

Mungkin saja kita tak ingin tergesa menyatukan langkah
meski ku yakin rasaku rasamu tak pernah salah

Biarlah memori ini terus mengalir kemana-mana
barangkali akan bermuara di tempat yang sama
entah kapan masanya

PAK CIK

“Semua gambar diawali dari sebuah titik” Pak Cik aku memanggilnya, bukan sebutan paman dalam Bahasa Melayu. Beliau adalah Pak Mucikno, Gur...