Minggu, 01 Maret 2015

GEORGY PORGY

GEORGY PORGY…..YA ENGGAK LAH……..!

Sabtu kemarin, siang gak begitu panas karena matahari sedang asik bermain dengan awan. Atik ketawa sendiri melihat matahari ber-cilukba-ria, sambil mendengarkan lagu Ciluk Baa yang dinyayiin oleh Maisy, maklum, Atik Lagi Kepengen mengingat masa lalu yang hampir-hampir dilaluinya tanpa adanya beban. Memang nostalgia memberikan kenyamanan tersendiri bagi seseorang, itung-itung sebagai refresh saat mengerjakan Skripsi.
Masih terlintas jelas ketika ia pertama masuk TK, SD, SMP, berbeda jauh ketika masuk SMA, dan masuk perguruan tinggi yang pakai acara perploncoan segala. Sampai sekarang Atik gak ngerti maksud kegiatan tersebut, hebatnya apa kaya sekolah negara saja. Padahal pas udah jadi pelajar beneran juga belum tentu serius belajar. Nggak terus jadi hebat, kuat mental,dan tahan cobaan, terus terang kebanyakan malesnya. Apa sih tujuan program seperti itu diadakan? jawaban mereka sudah pasti begini “soalnya agar para siswa nantinya cinta pada sekolah ini, mentalnya kuat. Inikan sebagai tes mental. Sebagai cobaan. Supaya begini, agar begitu…..bla-bla-bla” padahal tes mental yang sebenarnya ada pada kehidupan yang sedang kita jalani. Bagaimana kita menghadapi segala cobaan yang menerpa pada diri kita. Itu baru namanya tes mental! Bukan seperti Ospek, Mapras, PPS, atau Masta. Norak! Yang ada di kegiatan tersebut cuma sandiwara belaka, kepura-puraan, gila hormat, gila perhatian. Memerintah ini-itu, marah-marah, membentak-bentak tanpa alasan yang jelas (pura-pura galak ni yee!). Memangnya nggak ada cara lain apa.
Ada juga yang bilang sebagai perkenalan antara senior dan murid baru. Kalau Cuma itu sih nggak perlu pakai push-up, muka dicorang-coreng kayak Josh Harnet dalam Film Black Hawk Down atau seperti Naruto Uzumaki. Puncak kegiatan pada malam hari, mereka menamakan malam itu sebagai malam keakraban dimana seakan-akan dunia di balik, gantian peserta membalas kekejaman panitia. Tapi anehnya gak ada satupun yang komplain. Mereka memaafkan begitu saja. Itupun masih dimarahin juga, kesal kali ya, sandiwaranya berjalan gak sesuai sekenario.
Hal semacam itu juga yang terjadi ketika pertama masuk perguruan tinggi yang mereka beri nama OSPEK, PPS atau MASTA, paling itu-itu aja sama seperti di SMA.
Tiba-tiba saja dikagetkan oleh suara “BRAK…!”. Untung jantung Atik gak copot…hehe… emang robot? Robot aja gak ada jantungnya. Gak biasanya Occa pulang segitu garangnya, meskipun ia punya senyum drakula,dengan dua taring indahnya. Senyum itu bukannya nyeremin tapi malah bertambah manis. Occa tak pernah lupa mengucap salam ketika masuk rumah, tak pernah juga membanting pintu segitu kerasnya. Belum lagi ketika masuk kamar,ia kembali membanting pintu, hingga gantungan pintu yang bertuliskan ”OCCA CUTE” bergoyang beberapa kali.
Atik nggak habis pikir, sebenarnya apa sih yang ia permasalahkan, guru, tugas sekolah, teman, keluarga. Sepertinya tidak, kalaupun iya, permasalahan itu takkan mampu merubah kesantunan Occa.
“Assalamu’alaikum, Occa, boleh kakak masuk?” Tanya Atik sambil mengetuk pintu.
“kum salam, masuk aja!” jawab Occa masih sedikit dongkol.
“emang Occa kenapa ?, tidak seperti biasanya”. Tanya Atik selembut mungkin.
“Nggak ada apa-apa kak!” jawab Occa sembari menunjukan separuh senyum untuk menghilangkan kesan dongkolnya.
“Syukurlah, tapi gak mungkin loh kalo gak ada apa-apa.” Selidik Atik “ ada apa sih?”
“Ada udang di balik batu” jawab Occa sekenanya.
“Tangkap aja,lumayan bisa buat lauk” keduanya saling tertawa.
“Kak, sebenernya Occa masih sebel ni sama ketua IPM di sekolah. Mentang-mentang jadi ketua kalau nyuruh-nyuruh gak bisa ditawar. Makanya temen-temen bilang dia tuh kayak pensil, gak ada toleransinya sama sekali. Udah gitu dia selalu bilang,” tugas seperti itu kan ringan, masak nggak mau? memalukan” sebenarnya sih bukan masalah berat atau ringan, tapi perasaan!”
“Wah adekku dah gede nih!dah bawa-bawa perasaan segala….”
“ Ih kakak, apaan sih!”
“Hayo ngaku…” ledek Atik
“Kakak…” teriak Occa manja sambil mukul kakaknya dengan bantal bermotif Minnie mouse
“Maksudnya gini, pada upacara senin depan aku di daulat untuk membaca teks janji pelajar Muhammadiyah”
“Bagus dong, memang apanya yang berat?”
“Memang gak ada beratnya kalau sekedar membaca, tapi konsekwensinya…..” kata Occa masih menggantung, seolah-olah mengajukan pertanyaan pada kakaknya tentang konsekuensi dari janji pelajar tersebut. Memang, Occa bukanlah gadis biasa. Dulu semasa SD Occa sudah terbiasa tampil dimuka umum baik sebagai mayorete Drumband Surya Gita Swara atau jadi panitia PHBI (Peringatan Hari Besar Islam)
“Coba kakak cermatin, berat bangetkan?” kata Occa sambil menyerahkan teks janji pelajar Muhammadiyah

JANJI PELAJAR MUHAMMADIYAH
1.Menegakkan dan menjunjung tinggi perintah agama Islam
2.Homat dan patuh pada orang tua dan guru
3.Bersih lahir batin dan teguh hati
4.Rajin belajar, giat bekerja serta beramal
5.Berguna bagi masyarakat dan Negara
6.Sanggup melangsungkan amal usaha Muhammadiyah

Layaknya Shinichi Kudo (itu loh detektif conan sebelum minum APTX 4869) dengan tangan kanan mengepal, sementara ibu jari menopang dagu dan telunjuk ditekuk menyentuh ujung hidung. Sementara tangan kirinya memegang teks janji pelajar Muhammadiyah.
“sepertinya tidak begitu berat bagi Occa. Coba, bagian mana yang berat bagi Occa?
Menegakkan dan menjunjung tinggi perintah agama Islam, sebagai pelajar Muhammadiyah harus senantiasa melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjahi larangan-larangan Allah bukankah Occa sudah melakukannya?.
Hormat dan patuh pada orang tua dan guru, orang tua adalah orang yang melahirkan, mendidik, dan mengasuh kita dari kecil. Terlebih ibu. Bahkan dalam surat Al-Isra’ ayat 23 di tegaskan bahwa kita tidak boleh berkata “AH”. Kalo berkata ah saja tidak boleh, apalagi membantah atau menghardik. Nyatanya Occa gak pernah membantah orang tua atau guru kan? Bagaimanapun juga guru adalah orang tua Occa di sekolah.
Bersih lahir batin dan teguh hati kita harus bersih baik fisik maupun hatinya, positif thinking men kata Atik menunjukkan tiga jarinya.” gak kayak kamu, jelek-jelekin ketua IPMnya”
“Jadi Occa gak pantes ya baca teks janji pelajar Muhammadiyah”.
“Eh…bukan gitu. Kakak yakin Occa Cuma kesel sama ketumnya. Tapi sekarang dah gak lagi kan?” Lanjut ya…selain positive thinking, kita juga harus optimis dalam menghadapi sesuatu. Tidak goyah dalam aqidah. Sekarang banyak loh aliran-aliran sesat. Tapi kalo Occa gaulnya ma anak-anak SDInya IPM insya Allah aman.
Rajin belajar, giat bekerja serta beramal. Rajin belajar tidak hanya di sekolah saja, rajin ke perpustakaan, ikut kajian GJDJnya SDI IPM baik di sekolah maupun di ranting desa, itu sudah termasuk belajar. Giat bekerja serta beramal bukan hanya bekerja yang menghasilkan uang saja, atau beramal dengan materi semata, Occa ikut IPM juga termasuk bekerja, bukankah yang namanya organisasi itu adalah kumpulan beberapa orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang sama, disitulah lahan kerja dan amal Occa.
Berguna bagi masyarakat dan negara secara tidak langsung ketika Occa aktif di IPM sudah termasuk berguna bagi masyarakat dan negara. Lihat saja kegiatannya, baik perkaderan, bakti sosial,atau seminar-seminar dalam rangka ikut mensukseskan program pemerintah.
Sanggup melangsungkan amal usaha muhammadiyah, IPM sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna amal usaha muhammadiyah, kamulah yang akan melanjutkan perjuangan muhammadiyah 20 tahun mendatang,ya dimulai dari sekarang ini. Itu adalah tugas mulia.
“Apa yang masih Occa khawatirkan? Mungkin Abu jahal tidak mau mengucap dua kalimat syahadat karena tahu konsekwensi yang harus dijalani yaitu meninggalkan tuhan selain Allah. Sementara apa yang Occa khawatirkan ketika janji pelajar yang Occa ucapkan sudah dilaksanakan”.
“Gimana? Masih mau nolak tugas itu? Berarti Occa tidak ber ke-IPM-an dong!”
“Ya enggak lah…..masak ya enggak sih!” kata Occa sambil menggerakkan kepala dan kedua tangannya seperti salah satu gerakan dalam senam Indonesia Sehat.
***
Sebuah masalah seperti halnya air mengalir,ia akan selalu mencari celah untuk masuk dalam pribadi masing-masing, silih berganti, datang tanpa diundang dan pergi tanpa permisi, satu terselesaikan, datang lagi masalah lain yang berlipat ganda. Tapi hal itu takkan menjadikan kita larut dalam permasalahan tersebut. Anggap saja masalah yang menimpa sebagai tryout dalam menghadapi ujian kehidupan. Seperti halnya kita belajar mati-matian menghadapi UASBN yang secara tidak langsung kita menamakannya Macan. Bukankah UASBN hanya menentukan hasil dari tiga tahun kita belajar kenapa mesti takut menghadapinya, lalu bagaimana dengan ujian kehidupan yang sesungguhnya.
Masih saja pikiran-pikiran seperti itu menerawang, ada rasa kepuasan tersendiri ketika bisa bermanfaat bagi orang lain. Bukankah Rasulullah bersabda bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Tidak berlebihan juga bila dalam janji pelajar muhammadiyah ada teks yang berbunyi berguna bagi masyarakat dan negara.
Atik selalu saja begitu, menjelajah waktu. Bukan berarti Atik ingin seperti Doraemon atau Nobita yang bisa dengan seenaknya menjelajah waktu dengan mesin waktu yang ada di kantong ajaibnya. Hahaha disatu sisi film kartun membuai anak-anak bahkan seorang mahasiswa sekelas Atik, banyak anak-anak yang males ngaji karena gak mau ninggalin film kartun favoritnya. Tapi siapa sangka disisi lain film kartun menyumbangkan inspirasi bagi kemajuan teknologi, nyatanya HP 3G (baca: tri ji) sudah ada sejak jaman Kura-Kura Ninja.

I’ve become so numb, I can’t feel you there, become so tired, so much more aware………..

Vokal Chester Benington menghentak keras dari kamar Ikal, tapi sekeras-kerasnya tape recorder, gak bakalan bikin mangga tetangga sebelah pada jatuh. Maklum anak SMK Audio video jadi home theaternya dibuat sedemikian rupa sehingga ngalahin sepeker masjid.
”Ikal, kalau nyetel tape jangan ngganggu tetangga sebelah dong!” Cegah Atik pada Ikal. Bukan karena rambutnya ikal, tapi karena memang nama aslinya Haikal.
“Bukan maksud ngganggu tetangga sebelah, tapi gimana lagi, namanya juga lagi marah”.
“Tapi kalau marahnya sampai ngganggu tetangga bukan termasuk orang yang beriman loh!”,
PRANG!!!!! Gantian jam dinding yang jadi sasaran
“Heeeeh, dibilangin juga. Dari pada marah-marah, nih benerin radio ajah”.
Pelampiasan kemarahan seseorang memang berbeda-beda, ada yang secara frontal, diam seribu bahasa, atau bahkan banyak makan, bias juga sebaliknya nggak doyan makan. Tapi yang namanya marah tetep aja nggak ada untungnya.
“Oh, jadi masalahnya nggak pede toh jadi ketua panitia fortasi, suka grogi kalau tampil di muka umum. Tampil di muka umum memang butuh nyali gede, emang sih ada beberapa orang yang kepedeannya tinggi dari sononya. Pede tuh gak menclok begitu aja, ia tumbuh dari pengalaman. Orang bilang, orang yang biasa berhasil pasti punya kepercayaan diri tinggi tapi pengecualian tetep aja ada, kaya kamu tuh. Meskipun jarang sekali gagal pedenya juga gak naik-naik”.
“Itu terjadi karena cara kita memandang kegagalan maupun kesuksesan yang terjadi pada diri kita”.
“Kita…elo aja kalee gue enggak”!
POK!!! satu pukulan lembut mendarat di kepala Ikal ”cowok si cowok, demen mama mia juga ternyata!”
“Aduh…ye sirik, suka - suka gue dong!” gitu deh kalo Ikal keliatan aslinya, maklum anak laki atu-atunya.
“Maksudnya cara memandang, pake lups atau mikroskop kak?” Tanya Ikal sambil bengong.
“Pake sedotan!, maksudnya adalah memandang penyebab kesuksesan maupun kegagalan pada diri kamu, itu yang disebut Locus of Control. Misalkan ketika kamu menghadapi ulangan nih, kamu dah belajar dengan keras, dan nilai kamu bagus. Kamu bilang kabegjan (bejo/untung) berarti kamu pake eksternal locus of control. Artinya penyebab kesuksesan atau kegagalan ditentukan oleh pihak luar.
Beda lagi ketika gagal padahal dah belajar sekuat tenaga kamu bilang tidak belajar. Padahal gagalnya disebabkan karena demam, itulah yang disebut Internal Locus of Control yaitu memandang kesuksesan atau kegagalan disebabkan oleh diri sendiri”
“Jadi solusinya….”
“Solusinya ya kamu harus adil dalam menggunakan locus of control tersebut. Kalo memang itu kesuksesan datang dari kamu, ya akui saja. Begitu juga dengan kegagalan. Jadi tidak menyalahkan diri sendiri maupun orang lain. Jangan mencari kambing hitam lah. Iya kalo kambing yang warnanya hitam, bisa buat korban tuh!”
“Kok nggak nyambung ya?” sambil garuk-garuk kepala
“Ya udah kalo memang gak nyambung, gak usah disambung - sambungin. Ntar malah korslet lagi!”
“Emangnya kabel min plus?”
“Yang terpenting, mulailah dari diskusi kelas yang ringan – ringan aja dulu, sampaikan pendapat atau gagasan. Bila georgy porgy muncul, tarik nafas dalam-dalam, tahan sampai keluar dengan sendirinya. Dijamin georgy porgy pergi karena bau. Hehehe….!
“Gak lucu, eh emangnya georgy porgy apaan si kak? ”
“Grogi tauk? Ayo mulai latihan, ngomong sama cermin. Untuk mengontrol emosimu tarik nafas dalam-dalam, hembuskan perlahan. Ikal, kamu bukan anak kecil lagi kan. Ben Parker (pamannya Petter Parker) bilang kekuatan besar menuntut tanggung jawab besar. Lakukan perubahan dari diri sendiri, dari hal yang terkecil, dan pada saat ini juga. Gimana?”
“Georgy porgy,…ya enggak lah, masa ya toyibah….!”

qolamul_ghozi@yahoo.co.id

*) Cerita ini hanyalah fiktif belaka, apabila ada kesamaan nama maupun cerita, anggap saja disengaja.

Inspirated : - Hilman, serial LUPUS “cinta olimpiade”1987,Gramedia Jakarta
Abigael Wohing Ati, Georgy Porgy, itu soal nyali!,Koran Remaja tren,semarang.
Dan pembicaraan dengan beberapa personel PD IRM.
Thanks 4 ol
***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PAK CIK

“Semua gambar diawali dari sebuah titik” Pak Cik aku memanggilnya, bukan sebutan paman dalam Bahasa Melayu. Beliau adalah Pak Mucikno, Gur...