Jumat, 24 April 2009

rona-rona

RONA-RONA ANTARA BOJONG SAMPAI MASJID TAQWA
Oleh : abdul sukur*

Satu hal yang paling menyebalkan ketika berkendara bersama Ketua Umum Pimpinan Daerah Ikatan Remaja Muhammadiyah Kabupaten Pekalongan, Gigih Setianto. Ia tidak bisa ngebut dalam kondisi apapun, yang jelas sih motornya yang gak bisa diajak berlari karena memang disetting kayak gitu, maklum motor aktivis jadi mesti di buat seirit mungkin demi kelancaran organisasi yang ditekuninya tanpa gaji. Oleh karena itu aku menyebut kendaraannya sebagai supra bulus, meskipun diantara teman yang lain ada yang lebih kejam lagi dengan menyebutnya supra keong. Mestinya kita bisa mengambil sisi positif dari hal itu, paling tidak kita bisa dengan leluasa mencari sawangan, barang kali ada sesuatu yang bening untuk mencuci mata yang sedari kemarin ngeres terkena debu jalan, maklum aktivis gak ada inventaris mobil. Hahaha….! Kalo gitu caranya, mata dah seger gantian otak yang ngeres. Yah kita bisa dengan leluasa mengamati fenomena yang ada di sekitar kita, mungkin bahkan di Indonesia pada umumnya.

Baru-baru ini, terkait gawe besar PD IRM Kab.Pekalongan, KSIP IX dan TORSENI XI. Saya dan Ketua Umum sering bolak – balik Kajen-Bojong-Pekajangan-Doro, bisa dibilang hampir tiap malam. Semua itu kami tempuh bersama supra bulus, kejem banget ya, padahal kalo dibandingin dengan kakek-kakek marathon lebih cepat supra bulus loh. Perjalanan dari Bojong-Pekajangan memaksa jari-jari ini untuk mengacak-acak keybord komputer Pentium II yang harus rajin-rajin di refresh tiap kali ganti paragraf, karena kalau tidak, dapat dipastikan jari-jari ini bakal lebih kejam lagi membantai tuts dari Esc, F1,F2,F3,urut sampai semua tuts terjamah. Tidak hanya itu saja, telunjukpun takkan puas hanya menjitak enter satu kali saja, paling tidak minimal 14 kali, itupun masih direwangi karo anjrot. Finally, kalau belum puas juga terpaksa tombol restart yang di pencet.

Ya…ada satu hal menarik ketika mengamati pengendara motor. Di bebekan Kedungwuni, Pengendara Honda Supra mengenakan jaket Suzuki Lucky Strike, mungkin bukan suatu hal istimewa bagi orang awam tapi bagi orang yang rawan kelaparan seperti kami, hal itu cukup membuat memeras otak untuk senantiasa berfikir, bagaimana caranya makan gak bayar, hehe…gak nyambung ya. Tepat di traficlight Podo sayapun melihat pengendara Suzuki Smash mengenakan jaket Yamaha Rani Sakti Motor. Tepat didepan Kampus II STIKES Pekajangan kami dikejutkan oleh pengendara Yamaha Mio mengenakan jaket Honda 54 Motor yang tiba tiba menyalip kami dari sebelah kanan, maklum motor bulus gampang disalip.
“tanda-tandane apa fenomena kuwi?” tanyaku
“halah, biasah koyo wong jowo tok, sithik-sithik ndongenge tentang perlambang, ora ono bahasan liyan apa!”
“hu..emange kowe dudu wong jowo? Nek bukan kita sapalagi yang bakal nguri-uri budaya jawa? Opo pingin dijajah maning koyo jamane walondo?, nek biyen dijajah secara fisik, siki jajahane mawi budaya. Rungakna kang, kucing kuwi siki ora ono sing pipise ndhodok, wis podho ngacar kaya segawon lanang. Kuwi pralambang hancurnya tata krama. Opo maneh kucing, lha uwong wae ora nduwe sopan santun blabar pisan!”
“oh,…ngono toh sing mo karepke, kuwi sing disebut kemunafikan massal!” jawab si boss asal
“......??????"



*) Kabid Apresiasi Seni & Budaya Pimpinan Daerah Ikatan Remaja Muhammadiyah
Kabupaten Pekalongan


”THE GIGGLY SCHOOL’S GANK”

Ku ulangi lagi ritual mandi pagiku, terasa ada yang kurang saat aku ganti pakaian. Oh ternyata aku belum sabunan, pantas saja badan ini masih terasa lengket. Tidak biasanya aku begini, selama bertahun-tahun tak pernah lupa urutan mandi dari mulai doa masuk kamar mandi, mendahulukan kaki kiri ketika masuk, menyiram tubuh bagian kanan terlebih dahulu, sabunan, keramas, gosok gigi, tak lupa juga mencuci muka dengan facialfoam dan keluar dari kamar mandi dengan mendahulukan kaki kanan disertai do’a juga. Tapi pagi ini,…benar - benar menyebalkan.

Aku terlambat lagi masuk sekolah. Ada saja alasannya, dari mulai sarapan belum siap, kehabisan bensin di jalan, busi mati, ban bocor dan alasan-alasan lain yang pada intinya hanya akan menyalahkan orang lain saja. Aku menyadari itu, ada yang salah pada locus of controlku. Masih saja aku menggunakan locus of control eksternal, padahal dengan begitu aku menganggap keberhasilan maupun kesialanku disebabkan oleh orang lain. Tak terkecuali pagi ini. Semua ini pasti gara-gara kitty women, meskipun aku sadar tidak sepenuhnya demikian.

Kitty women, Geng sekolah yang beranggotakan 6 cewek popular mulai macam-macam. Entah mengapa akhir-akhir ini mereka selalu mengerjaiku tanpa alasan yang jelas. Nyatanya aku tak ada hubungan sama sekali dengan mereka, satu kelas saja tidak. Akupun bukan termasuk cowok populer yang mungkin saja menyaingi kepopuleran mereka. Lantas atas dasar apa mereka menyebar gosip bahwa aku pacaran dengan Fia. Demi Tuhan, aku senang kalau itu benar-benar terjadi. Tapi yang ini lain, dengan beredarnya gosip tersebut Fia menjaga jarak denganku. Otomatis tak ada lagi pulang bareng, tak ada lagi belajar bersama, tak ada lagi waktu berkunjung ke perpustakaan bersama,tak ada lagi perdebatan, kebiasaan yang lumrah telah berbalik arah.

Biasanya perdebatan kecil mengawali perbincangan kami, tentang semut rang-rang di pohon akasia depan kelas sebelas. Mengapa mereka bisa demikian akrab. Mungkin bahasa mereka satu, budaya mereka satu, pikiran mereka satu, ketaatan mereka satu. Seandainya manusia bisa begitu! Lantas aku bertanya, apa gunanya akal kalau demikian adanya. Pastinya ada-ada saja perdebatan kecil setiap harinya. Entah sekedar mengkritisi burung gereja yang bolak-balik cari rumput kering untuk membuat sarang, …………

Kali ini kitty women berulah lagi, salah satu personelnya gencar mendekati aku, bukannya ge er, hal ini terjadi bukan satu atau dua kali, tapi berkali-kali, terlebih ketika ada fia di situ. Sampai saat inipun aku masih belum tahu apa maksud semua ini. Secara akademis mungkin aku masih bisa bersaing dengan siswa lain. Tapi untuk urusan social bisa dikatakan buta, meskipun aku juga rajin baca buku-buku semacam itu. Namun untuk belajar social tidak hanya belajar dengan membaca buku saja, kitapun harus bersosial karena kadang kala apa yang tertulis di buku tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat. Termasuk masyarakat sekolah.

Kamu tahu kenapa Ina begitu gencar mendekatimu? Tanya Upik suatu ketika.
Tidak ! jawabku singkat (belum selesai nih.... keburu pengen ditampilkan. gak usah ditunggu sambungannya ya.....!!!!)

2 komentar:

  1. untuk anonim, saya senang bisa membuat anda tersenyum. trimakasih telah sudi mengintip jendela kami.

    BalasHapus

PAK CIK

“Semua gambar diawali dari sebuah titik” Pak Cik aku memanggilnya, bukan sebutan paman dalam Bahasa Melayu. Beliau adalah Pak Mucikno, Gur...