Rabu, 25 Oktober 2023

BERENDAM SAMBIL KULIAH

Pagi yang dingin mengajakku menarik selimut kembali, menawarkan kehangatan di baliknya. Namun hangat mentari dan aroma laut mampu membujukku untuk menyisirnya. Pendirianku goyah ketika melihat Tadz Indra Principal Maharaja sedang asyik masyuk berenang keliling kolam. Maka saya putuskan berenang saja. Pakaian basah kemarin sore yang saya tiriskan di balkon, saya pakai kembali. Berjalan santai menuruni anak tangga dari lantai tiga sebagai pemanasan agar tidak terjadi cedera. Saya tidak bawa handuk saat itu. Catat ya, tidak bawa handuk. Jadi kalau nanti ada yang kehilangan handuk dengan asumsi ketinggalan di kolam, itu bukan saya.

Sampai di bibir kolam, saya melakukan pemanasan lagi. Peregangan mulai kepala, pundak, lutut, kaki. Kepala, pundak, lutut, kaki. Kepala, pundak, kepala, pundak, kepala, kepala, kepala. Kepala saja terus yang piknik, gurunya gak pernah diajak. Sebelum nyemplung ke kolam secara kaffah, usahakan kaki terlebih dahulu masuk ke air. Ini penting dilakukan karena menurut hasil survey di 138 negara, 9 dari 10 perenang yang mendahulukan kepala masuk kolam, terjadi cedera ; minimal benjol. Selain daripada itu, mendahulukan anggota tubuh bagian bawah ketika berenang memastikan tubuh tidak kaget ketika terjadi perubahan suhu. Konon kabarnya mandi yang diawali dengan menyiram kepala terlebih dahulu, rentan terkena masuk angin.

Sambil kungkum, Tadz Indra mulai bercerita. Dulu, sebelum perut segede blebedan sarung, renang muter kolam 10 kalipun terasa ringan. Sampai suatu ketika, berenang diiringi manula yang sedang jalan santai di tepi kolam, Tadz Indra berusaha mendahului namun terkejar. Lagi, dan lagi. Hingga memutuskan untuk mengikuti manula tersebut, dengan berenang santai. Tanpa terasa, lebih dari dua puluh putaran. Niat untuk mendahului atau merasa hebat sendirian ternyata salah. Mungkin kita kuat, tetapi kekuatan bisa dikalahkan oleh konsistensi. Dan bergabung dengan orang-orang hebat, salah satu cara untuk menjaga konsistensi tersebut.

Cerita Tadz Indra tersebut mengingatkanku pada dua orang penebang kayu. Seorang pemuda yang gagah dan kuat serta orang tua yang terlihat lemah. Satu, dua pohon telah ditebang oleh seorang pemuda. Sementara orang tua belum menyelesaikan satu pohonpun. Seorang pemuda menebang terus tanpa lelah. Sementara orang tua mengasah kapaknya setiap kali berhasil menebang satu pohon. Di akhir cerita, hasilnya tidak jauh berbeda. Seorang pemuda heran padahal telah mengerahkan seluruh tenaga tanpa istirahat, sementara orang tua selalu istirahat setelah selesai menebang satu pohon. Orangtuapun berkata, “Kamu melupakan satu hal anak muda, kapan terakhir kali kamu mengasah kapakmu? Sementara saya selalu mengasah kapak setiap kali istirahat”. Barangkali kegiatan kita kali ini seumpama istirahat sambil mengasah kapak. Serius atau santai di FKKS seperti tidak ada bedanya. Rapat yang serius bisa saja sambil guyonan dan kungkum santai membicarakan hal yang serius.

Pangandaran, 29 November 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PAK CIK

“Semua gambar diawali dari sebuah titik” Pak Cik aku memanggilnya, bukan sebutan paman dalam Bahasa Melayu. Beliau adalah Pak Mucikno, Gur...