Minggu, 15 Januari 2012

BOTOL KECAP

BOTOL KECAP

“Jangan bermimpi mendapat tempat tertinggi bila raga tak berisi”



Selepas makan malam, istriku menaruh botol kecap yang isinya telah aku habiskan. Botol itu terbuat dari plastik, dengan tutup warna merah,sepertinya lebih berat dari badannya. istriku menaruhnya di rak piring paling atas. Tiba-tiba botol itu jatuh, menimpa benda-benda yang ada di bawahnya. Menimbulkan suara riuh.

Mungkin hal seperti ini hanya peristiwa yang tak bermakna, dan kita mudah saja untuk mengabaikan. Tapi akan menjadi lain bila kita mencoba untuk mencari falsafah dibalik itu.Botol kecap itu jatuh bukan tanpa sebab, kemungkinan karena tutupnya lebih berat, atau bisa juga karena botol itu telah kosong.

Teringat olehku tokoh wayang yang sangat terkenal, sebut saja Arjuna. Ksatria paling tampan di keluarga Pandawa. Arjuna dikisahkan sebagai ksatria yang lemah lembut, namun sakti mandraguna, sehingga tak jarang pada pentas wayang orang Arjuna lebih banyak diperankan oleh wanita. Arjuna oleh Sunan Kalijaga digunakan sebagai lambang puasa sebagaimana rukun Islam. Memang, Sunan Kalijaga menggunakan media wayang untuk berdakwah Pandawa Lima adalah lambang rukun Islam. Puntadewa putra pertama mempunyai jamus Kalimasada dilambangkan sebagai rukun Islam pertama yaitu mengucap dua kalimat syahadat, putra kedua Wrekudara(Bima) dikisahkan selalu berdiri baik didepan raja maupun rakyat jelata, itu artnya shalat harus didirikan oleh siapapun,Bima juga mempunyai kuku Pancanaka sebagai lambang mengacungkan jari ketika solat. Arjuna lambang Puasa . Nakula dan Sadewa anak kembar, melambangkan zakat dan haji karena sama-sama untuk orang yang mampu.

Kata Pak Nur Bowo guru kesenianku waktu SMP, Arjuna berasal dari kata Her dan Jun. Her artinya air, dan Jun adalah wadah air yang terbuat dari tanah, bentuknya mirip guci tapi alasnya tidak datar.Bila Jun tersebut diletakkan dalam keadaan kosong, takkan bisa berdiri tegak. Semakin banyak air yang diisikan, semakin stabil jun tersebut.

Mungkin sama halnya dengan kita. Raga kita yang 80%nya terdiri dari air tentunya tidak cukup bila di isi air saja. Mengingat di dalam raga kita juga terdapat ruh yang juga butuh di isi, siraman rohani. Siraman rohani bisa kita dapat melalui majelis taklim,buku, radio, TV, maupun internet. Dengan bertambahnya iman kita, kita akan semakin stabil. Baik atau buruk yang menimpanya tidak terlalu dibesar-besarkan. Bahkan Rasulullah bersabda bahwa sesungguhnya segala sesuatu yang menimpa seorang mukmin adalah baik, bila mendapat nikmat ia bersyukur, bila mendapat cobaan ia bersabar.

Bila kita perhatikan, berapa banyak korban yang disebabkan karena kurangnya iman; korupsi ruang dan waktu, merampas harta dan nyawa, menjual ayat dan kehormatan, ah terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu. Bahkan mungkin aku termasuk didalamnya. Bukankah iman itu bisa naik dan turun?

Mari kita isi botol kecapnya supaya tidak jatuh lagi. Atau kita buang saja ke tempat sampah? Setidaknya bisa dimanfaatkan oleh pemulung untuk mendapatkan rupiah.

Kitalah botol kecap itu, bila kita tidak bersedia refill iman kita, boleh jadi kita akan menjadi sampah masyarakat. Untuk sampah yang satu ini, pemulungpun takkan sudi mendekatinya.



“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya(neraka). Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh; bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya” (Q.S. Attin:4-6)



My room, 3/1/12 @ 01.26 am

2 komentar:

  1. bahasanya ringan tapi penuh makna, andai qt mampu memaknai setiap apa yang ada d dekat qt... sungguh indahnya hidup dengan saling mengerti satu dengan yang lainnya

    BalasHapus

PAK CIK

“Semua gambar diawali dari sebuah titik” Pak Cik aku memanggilnya, bukan sebutan paman dalam Bahasa Melayu. Beliau adalah Pak Mucikno, Gur...