Dulu, dulu sekali saya pernah mendapatkan gelar Mc. Gyver Junior. Seingatku waktu kelas 4 atau kelas 5 MI. Sore itu kami mau bermain bola, namun bola kami pecah. Kami ingat bahwa sekolah punya bola baru yang tidak boleh kami pinjam. Maka kamipun berencana meminjam bola tersebut tanpa ijin. Caranya dengan membuka jendela kantor Kepala Sekolah. Memanfaatkan sebilah bambu pagar dan plastik es yang ditarik sehingga menjadi seutas tali untuk dijadikan simpul, saya mulai beraksi. Tubuh slimku diangkat, dan tangan kecilku masuk ventilasi jendela. Simpul plastik saya arahkan ke grendel jendela, sekali tarik jendelapun terbuka. Kami masuk mengambil bola yang dimaksud.
Waktu itu sepak bola memang olah raga favorit kami, yah meskipun setiap kali main saya selalu kebagian jadi keeper. Maklum, saya termasuk tipe lelaki yang setia. Gawang saja dijaga, apalagi anak mertua. Sementara teman lain lebih memilih jadi penyerang, yang suka menembak, tak peduli diterima atau ditolak.
Setelah selesai bermain bola, kami kembalikan ke tempat semula. Melihat stempel di meja, teman-temanpun mulai bermain dengan stempel, lengan kiri kanan dicap dengan stempel gudep 71/72. Esoknya kami ketahuan, gara-gara dengan bangganya pamer tato tunas kelapa. Kami disidang, dan diganjar hukuman tawaf keliling sekolah entah berapa kali banyaknya.
Kemarin, saya berangkat lebih pagi dari biasanya, terlihat Pak Mul petugas kebersihan di tempat saya bekerja sedang melakukan sesuatu di depan pintu kelas 2. Ternyata pintunya tidak bisa dibuka dari luar karena slot pintunya rusak. Sementara pintu tembus ke kelas sebelah tertutup rak buku. Sayapun mencoba kemampuan lama saya. Bermodal rantai dan kabel bekas yang saya temukan di gudang, sayapun melakukan cara yang sama seperti saat meminjam bola tanpa ijin.
Tenang saja, kali ini kepala sekolah tidak akan menyidang dirinya sendiri. Pintupun bisa dibuka dari dalam, tepat ketika satu dua anak mulai berdatangan.
Gambar diambil dari https://encrypted-tbn2.gstatic.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar